Keutamaan
Sholawat Untuk Nabi
(Bagian Pertama)
(Bagian Pertama)
Sesungguhnya Allah
dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah
memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah
menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang
bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang
lurus. Maka seorang hamba
harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara
hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita
untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang
mulia (Hadits). Di mana orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh
pahala yang berlipat ganda. Maka sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan
itu. Dan karena masalah ini memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang
besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan tulisan-tulisan sederhana
ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sholawat dan salam
untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini.
Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanahu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”
Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”
Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia
memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk
nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu
Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]
Dalam salah satu hadits disebutkan:
Dalam salah satu hadits disebutkan:
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi
sollallohu ‘alaihi wa sallam.” [H.R. Thabarani]
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab
dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi
kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila
sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan
sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak
bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara hari-hari
yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada
hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku......” [R. Abu Daud,
Ahmad dan Hakim]
Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.
Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.
Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk
Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami
pintu-pintu rahmat-Mu.”
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu
karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]
Keutamaan Sholawat Untuk Nabi
(Bagian Kedua - Habis)
(Bagian Kedua - Habis)
Cara Sholawat dan Salam Untuk Rasulullah
sollallohu ‘alaihi wa sallam
Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau sollallohu ‘alaihi wa sallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah: “Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]
Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah : “Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau sollallohu ‘alaihi wa sallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah: “Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]
Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah : “Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka ia berhak mendapatkan syafa’at.” [H.R. Muslim]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [H.R. Thabarani]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]
Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]
Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.” [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.” [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]
Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca: “Ya Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”
Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat.” [H.R. Bukhari dalam shohihnya]
Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.
Dari Abu Huraerah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut di sisinya ia tidak bersholawat untukku, celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian keluar sebelum ia diampuni, celakalah seseorang, kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” Abdurrahman salah seorang perawi hadits dan Abdurrahman bin Ishak berkata: “Saya kira ia berkata: “Atau salah seorang di antara keduanya” [H.R. Tirmidzi dan Bazzar]
Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
Dari Ibnu Abbas, Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi jalan surga.” [Telah ditashih oleh Al-Albani]
Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: “Suatu kaum yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir kepada Allah dan bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki maka mereka akan diampuni.” [H.R. Tirmidzi dan mentahsinnya serta Abu Daud]
Diriwayatkan oleh Abu Isa Tirmidzi dari sebagian ulama berkata: “Jika seseorang bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam sekali dalam suatu majelis, maka itu sudah memadai dalam majelis tersebut.”
Faedah dan Buah Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Ibnul Qoyyim menyebutkan 39 manfaat sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
|
Melaksanakan
perintah Allah subhaanahu wa ta’aala
|
2.
|
Mendapatkan
sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca sholawat satu kali.
|
3.
|
Ditulis baginya
sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejahatan.
|
4.
|
Diangkat baginya
sepuluh derajat.
|
5.
|
Kemungkinan
doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan sholawat, dan doanya akan naik
menuju kepada Tuhan semesta alam.
|
6.
|
Penyebab
mendapatkan syafa’at sollallohu ‘alaihi wa sallam bila diiringi oleh
permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi olehnya.
|
7.
|
Penyebab
mendapatkan pengampunan dosa.
|
8.
|
Dicukupi oleh
Allah apa yang diinginkannya.
|
9.
|
Mendekatkan hamba
dengan nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat.
|
10.
|
Menyebabkan Allah
dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang yang bersholawat.
|
11.
|
Nabi sollallohu
‘alaihi wa sallam menjawab sholawat dan salam orang yang bersholawat
untuknya.
|
12.
|
Mengharumkan
majelis dan agar ia tidak kembali kepada keluarganya dalam keadaan menyesal
pada hari kiamat.
|
13.
|
Menghilangkan
kefakiran.
|
14.
|
Menghapus
predikat “kikir” dari seorang hamba jika ia bersholawat untuk nabi sollallohu
‘alaihi wa sallam ketika namanya disebut.
|
15.
|
Orang yang
bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni
langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar
memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama
dengan yang ia mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh
rasul-Nya.
|
16.
|
Akan mendapatkan
berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya dan kemaslahatannya, karena orang
yang bersholawat itu memohon kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan
keluarganya, dan doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya.
|
17.
|
Nama orang yang
bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di sisi Rasul sollallohu ‘alaihi
wa sallam seperti penjelasan terdahulu, sabda Rasul: “Sesungguhnya sholawat
kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya
Allah mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari
umatku.” Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan kehormatan bila namanya
disebut dengan kebaikan di sisi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.
|
18.
|
Meneguhkan kedua
kaki di atas Shirath dan melewatinya berdasarkan hadits Abdurrahman bin
Samirah yang diriwayatkan oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah
sollallohu ‘alaihi wa sallam: “Saya melihat seorang di antara umatku
merangkak di atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya untukku
datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.”
[H.R. Abu Musa Al-Madiniy]
|
19.
|
Akan senantiasa
mendapatkan cinta Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bahkan bertambah
dan berlipat ganda. Dan itu termasuk ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali
dengannya, karena seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya,
menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang melahirkan cinta,
maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa rindu kepadanya akan semakin
bertambah, bahkan akan menguasai seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak
mengingat dan menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari
hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali melihat
orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya kecuali dengan
menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya cinta itu
tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan keadaan lahir menunjukkan hal
itu.
|
20.
|
Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang
hidup. Semakin banyak ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun
semakin bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam hatinya
penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi keraguan terhadap
apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut telah tertulis di dalam hatinya,
menerima petunjuk, kemenangan dan berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama
yang mengetahui dan mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap
pengetahuan mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah
pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang diinginkan
untuknya dari Allah.
|
Sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya
Pojok Renungan
Diam Pada Saat Yang Tepat
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya
dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan
hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya.
Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.
Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak, "Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."
Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.
Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."
Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.
Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."
Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam. (Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia - alislam.or.id)
Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak, "Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."
Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.
Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."
Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.
Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."
Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam. (Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia - alislam.or.id)
SALAH SATU PESAN RASUL KEPADA PUTRINYA, FATIMAH RA
Suatu hari
Rasulullah saw masuk ke rumah Sayyidah Fathimah as. Ketika itu, Fathimah sudah berbaring untuk tidur.
Rasulullah saw lalu berkata, "Wahai Fathimah, lâ tanâmi. Janganlah engkau
tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat
dari para nabi,
membuat hati kaum mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta
melakukan haji dan umrah."
Fathimah
bertanya, "Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?"
Rasulullah saw
menjawab, "Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qulhuwallâhu ahad tiga kali.
Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran." Yang dimaksud dengan Qul
huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas, bukan ayat pertamanya saja.
Dalam banyak hadis, sering
kali suatu surat
disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering disebut
dengan surat Alam nasyrah.
Rasulullah saw
melanjutkan ucapannya, "Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan
para nabi sebelumku, bacalah shalawat:
Allâhumma
shalli `alâ Muhammad wa `alâ âli Muhammad, kamâ
shalayta
`alâ Ibrâhim wa `alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik `alâ
Muhammad
wa `alâ âli Muhammad, kamâ bârakta `alâ Ibrâhim wa `alâ âli
Ibrâhim
fil `âlamina innaka hamîdun majîd."
Kemudian supaya
kamu memperoleh rasa rida dari kaum mukminin dan mukminat, supaya kamu
disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga rida kepada mereka, bacalah
istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh kaum mukminin dan
mukminat."
Tidak disebutkan
dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus dibaca. Yang jelas, dalam
istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi orang-orang lain selain diri kita
sendiri. Untuk apa kita memohon ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan
membawa hati yang
bersih, tidak
membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum muslimin. Kita mohonkan
ampunan kepada Allah untuk semua orang yang pernah berbuat salah terhadap kita.
Hal itu tentu saja tidak mudah.
Sulit bagi kita
untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita. Bila kita tidur dengan
menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain, kita akan tidur dengan membawa
penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur,
tidur kita akan
memberikan mimpi
buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika kita
tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan
penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri memohonkan
ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress sebelum ia
beranjak tidur.
Dalam hadis itu
tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita baca. Tapi ada satu
istighfar yang telah dicontohkan oleh orang tua-orang tua kita di kampung.
Biasanya setelah salat maghrib, mereka membaca: "Astaghfirullâhal
azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil
huqûqi
wajibâti `alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî'il muslimîna wal
muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât.
Ya Allah, aku
mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku, bagi semua keluarga
yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka. Ampuni juga guru-guru
kami, saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik
yang masih hidup maupun yang telah wafat."
Bila kita amalkan
istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita telah meminta ampun untuk orang tua
kita. Istighfar kita, insya Allah, akan membuat orang tua kita di alam Barzah
senang kepada kita.
Istighfar itu pun
akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah. Manfaat paling
besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur kita.
Nasihat
terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, "Sebelum tidur,
hendaknya kamu lakukan haji dan umrah." Bagaimana caranya? Rasulullah saw
bersabda, "Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu
akbar, ia dinilai sama dengan orang
yang melakukan haji dan umrah."
Menurut
Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu tertidur pulas,
kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu tidurnya sebagai waktu
berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai orang yang berzikir terus menerus.
Tidurnya bukanlah tidur ghaflah, tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan
berzikir. Sebetulnya, bila sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan
tertidur tapi ruh kita akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di
tengah tidurnya, niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah.
(Petikan dari
ceramah KH. Jalaluddin Rakhmat pada Pengajian Ahad di Mesjid Al-Munawwarah,
tanggal 12 September 1999. Ditranskripsi oleh Ilman Fauzi Rakhmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar