(Orang-orang munafik itu) yaitu
orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan)
selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka.
Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.
:: QS At Taubah: 79
:: QS At Taubah: 79
Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
:: QS Al Ikhlash: 1-4
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
:: QS Al Ikhlash: 1-4
Dan
jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
:: QS Al-Baqarah: 23-24
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
:: QS Al-Baqarah: 23-24
Katakanlah
kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan
rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.
:: QS At Taubah: 64-66
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.
:: QS At Taubah: 64-66
Tahukah Anda...
Dari Abü Hurairah r.a.
diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang
mengucapkan setiap hari seratus kali, ‘Laa ilaaha illallaahu
wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli
syai'in qadiir' (Tidak ada tuhan kecuali Allah satu-satu-Nya,
tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah kerajaan dan bagi-Nyalah segala pujian, dan
Dia Maha kuasa atas segala sesuatu),' maka dia seperti orang yang memerdekakan
sepuluh budak, dituliskan untuknya seratus pahala, dihapuskan darinya seratus
dosanya, dan ia merupakan pelindungnya dari setan pada harinya itu sampai sore
harinya. Tidak ada seorang pun yang beramal lebih utama darinya, kecuali
seseorang yang mengerjakan lebih banyak dari pada amalnya." (HR
Al-Bukhãri)
Dari Abü Hurairah r.a.
diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa
mengucapkan, ‘Subhaanallaahi wa bihamdih' (Mahasuci
Allah dan segala puji bagi-Nya),' seratus kali dalam satu hari, di ampunilah
dosa-dosanya, walaupun dosa dosanya itu sebanyak buih di lautan." (HR
Al-Bukhäri)
Dari Mush'ab bin Sa'ad, dia
berkata,"Ayahku menceritakan kepadaku, dia berkata, Kami pernah berada di
dalam majelis Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda, ‘Tidak maukah salah
seorang dari kalian setiap harinya mendapatkan seribu pahala?' Maka, ada salah
seorang yang hadir saat itu bertanya, ‘Bagaimana salah seorang dari kami dapat
mendapatkan seribu pahala (dalam setiap harinya)?' Beliau bersabda, ‘Dia
bertasbih seratus kali, maka dituliskan untuknya seribu pahala dan dihapuskan
darinya seribu dosa." (HR Muslim)
Bertasbih: menyucikan Allah
Swt. dari yang tidak layak bagi-Nya dari setiap kekurangan.
Yakni, barangsiapa yang
mengucapkan,"Subhaanallaah" dan yang semisalnya seratus kali, maka
dia mendapatkan seribu pahala dan dihapuskan darinya seribu dosanya. Dan
sesungguhnya ini merupakan keagungan, kemurahan dan karunia Allah serta
rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia melipatgandakan pahala kepada mereka dan
menghapuskan dari mereka dosa-dosa mereka.
Wallahu alam bish shawab.
Kamaa shallaita alaa ibraahiim wa 'alaa aali ibraahim
innaka hamiidummajiid
Allahumma baarik 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad
Kamaa baarakta 'alaa ibraahiim wa 'alaa aali ibraahim
innaka hamiidummajiid
‘Ya
Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah
memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Agung.' (HR. Bukhari)
Kenapa Harus Berdzikir
Artikel ini menjelaskan beberapa alasan kenapa kita harus
berdzikir kepada Allah. Terlebih lagi bahwa dzikir itu merupakan amalan yang
mudah dilakukan. Kemudian pada bagian terakhir, dijelaskan bahwa berdzikir
itu harus mengikuti aturan yang digariskan oleh Islam. Tidak boleh membuat -
buat aturan yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
|
KENAPA HARUS BERDZIKIR?
Berikut beberapa manfaat bisa kita dapatkan dari berdzikir :
1.Membuat hati menjadi tenang.
Allah berfirman,
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)
Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.
2.Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
3.Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.
Allah berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)
4.Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41 – 42)
5.Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.
Berikut beberapa manfaat bisa kita dapatkan dari berdzikir :
1.Membuat hati menjadi tenang.
Allah berfirman,
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)
Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.
2.Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
3.Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.
Allah berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)
4.Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41 – 42)
5.Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.
6.Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik, karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)
7.Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :
- Membaca basmillah ketika akan makan / minum
- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi
- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang
- Membaca doa keluar / masuk rumah
- Membaca doa ketika turun hujan
- Membaca dzikir setelah hujan turun
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid
- Membaca hamdalah ketika bersin
- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur
- Membaca doa ketika bangun tidur
Dan lain–lain banyak sekali amalan yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar mandi dalam sehari?
DZIKIR HARUS SESUAI DENGAN ATURAN ISLAM
Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu
dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada
dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana
saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Cetakan I, Desember 2004
3.Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Cetakan I, Desember 2004
3.Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M
Artikel Islami 02
Oktober 2001 - 17:19 Mencari Selamat dengan Dzikir EraMuslim
"Siapa
yang membaca tiap habis shalat, Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali,
Allahu Akbar 33 kali, lalu untuk mencukupkan bilangan seratus membaca 'Laa
ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa
'alaa kulli syai'in qadier' maka akan diampunkan baginya semua dosa-dosanya
meskipun sebanyak buih air laut." (HR Muslim)
Dalam
mengarungi kehidupan ini kita tidak akan terlepas dari berbuat kesalahan.
Memang itulah kodrat sebagai manusia, di mana keinginan ruh yang selalu
mengarah ke jalan lurus yang diridhai Allah selalu berhadapan dengan nafsu yang
didukung syetan untuk menyesatkan, mendorong dan menjerumuskan manusia ke jalan
kemungkaran.
Tarik-menarik
kedua kekuatan inilah yang menyebabkan manusia tidak senantiasa hanya berbuat
baik, tapi kadang juga memperturutkan hawa nafsu dan kehendak syetan. Dengan
kelihaiannya yang mumpuni, syetan sanggup menggelincirkan setiap orang. Mereka
sanggup menyeret manusia untuk mendukung, menyokong, dan membela mati-matian
program-programnya, yang pada akhirnya tanpa terasa manusia telah bergumul
dengan lumpur dosa.
Dosa-dosa
manusia itu bisa semakin lama semakin menumpuk dan semakin menenggelamkan ke
jurang kenistaan. Dan apabila dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk
membersihkannya, ini merupakan suatu malapetaka yang sangat besar, karena
jahanam sudah siap untuk melumat tubuh yang penuh noda.
Suatu
kebodohan besar bila kehidupan dunia fana ini melalaikan kita dari mengingat
Allah. Suatu yang amat sangat disayangkan, bila kehidupan yang sementara ini
digunakan hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan semu, tanpa dilengkapi
persiapan diri untuk menghadap kepada-Nya. Apakah tidak disadari bahwa semua
fasilitas hidup yang kita punyai dan semua yang kita cintai akan kita
tinggalkan bila maut merenggut dan nyawa melayang? Suatu kerugian perniagaan
akan kita dapati, bila kita hanya sibuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan
nafsu. Penyesalan kemudian tiada arti bila jatah hidup telah berakhir.
Langkah
dan strategi syetan untuk membawa ummat manusia ke jalan kesesatan memang luar
biasa. Sesuatu yang sudah jelas-jelas dosa bisa dijadikan samar-samar. Yang
menjijikkan dan hina bisa dibikin enak dan terhormat, hingga timbul slogan
'yang haram menyenangkan, yang halal menyusahkan'. Itulah kerja syetan yang
tahu akan kelemahan manusia dan mampu menjadikannya bulan-bulanan sasaran
ideologinya. Mereka memang mengajak untuk kufur kepada Allah swt agar sama-sama
menjadi penghuni neraka.
Perasaan
dendam dan sakit hati Iblis terhadap ummat manusia berawal sejak permulaan Adam
diciptakan. Iblis telah menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam,
karena merasa dirinya lebih lebih baik.
Dengan
peristiwa itu Iblis diusir dari surga dan bersiap-siap bersama anak cucunya
menjadi penghuni neraka di akhirat nanti. Untuk itulah mereka berusaha keras
untuk menghalang-halangi manusia dari jalan lurus. Mereka akan mendatangani
manusia untuk menggoda dari muka, belakang, kanan dan kiri, dan segala arah
yang mungkin. Syetan juga tidak pernah beristirahat dari upayanya itu, baik
siang maupun malam.
Repotnya
syetan itu boleh dibilang makhluk tanpa bentuk. Jadi tidak ada jalan lain untuk
menghadapi tipu daya syetan kecuali selalu meminta lindungan dan pertolongan
Allah swt. Tanpa pertolongan dan lindungan-Nya kita akan babak-belur dibuatnya.
Kita akan terseret bujuk rayunya dan mengikuti jejaknya.
Pendekatan
diri kepada Allah sangatlah penting untuk menangkal segala macam godaan dan
bujuk rayunya. Dengan ibadah yang intensif tanpa meninggalkan apa yang Allah
wajibkan, ditambah ibadah-ibadah sunnah dan do'a-do'a yang selalu kita
panjatkan agar Allah memberikan pertolongan, perlindungan dan ampunan-Nya,
insya-Allah syetan tak akan berkutik mengahadapi kita. Apalagi ditambah dengan
dzikir yang tak pernah berhenti, tambah menyingkirkan Iblis dengan para
pengikutnya.
Dzikir
yang khusyu' dan mantap serta manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari akan
membuat diri menjadi tenang dan selalu merasa terawasi oleh Allah Sang Maha
Tahu. Di samping itu dzikir bisa membuat Allah swt berkenan mengampuni
dosa-dosa, seperti bunyi hadits di atas tadi. Karenanya tentang dzikir itu perlu
dilakukan kajian lebih mendalam.
Pertama,
Subhanallah. Kata-kata ini senantiasa kita baca setiap selesai shalat dan dalam
kesempatan yang lainnya. Apa dampaknya dalam diri, dan apa reaksi,
manifestasinya dalam hidup kita?
Subhanallah
yang berarti Maha Suci Engkau Ya Allah ini mengandung makna tiada yang suci,
tiada yang agung, tiada yang bersih, selain Dia saja. Kita manusia tidak ada
satu pun yang suci bersih dari noda dan lumpur dosa. Kita tidak bisa mengklaim
diri sebagai manusia suci. Begitu banyak jalan yang membuat manusia terjerumus
lumpur dosa.
Noda-noda
itu perlu kita bersihkan sebelum menghadap Allah yang memiliki kesucian. Allah
tidak akan memasukkan seorang hamba yang kotor penuh noda ke sisi-Nya. Allah
akan membersihkan dulu kotoran itu lewat tempat yang sudah disediakan yaitu
jahannam.
Usaha
yang kita lakukan agar tidak tergolong orang-orang yang mesti melewati jahanam
dulu sebelum diterima Allah disurga adalah berusaha keras membiasakan diri
hidup suci dan tidak berhenti meminta ampunan kepada-Nya. Bersikap bersih dan
suci itu mencakup segala bentuk pekerjaan yang kita geluti. Di kantor kita
berusaha keras untuk tidak tergiur oleh lipatan-lipatan uang yang bukan hak
kita, yang bisa menodai kesucian. Di pasar kita usahakan jangan mengurangi timbangan
dan mendustai orang dengan barang-barang yang kita jual. Baju atau celana palsu
dibilang asli, kualitas rendah dibilang kualitas tinggi. Di sawah para petani
jangan membelokkan jatah, bujangan dan perawan jangan terjebak oleh nafsu
birahi sesaat tanpa akad nikah terlebih dahulu. Bila hal-hal seperti ini sudah
bisa dilakukan, barulah dikatakan bacaan Subhanallah kita pada setiap habis
shalat ada manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua,
Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah. Puji dan sanjung sering kita
dengar untuk melambungkan perasaan seseorang yang kebanyakan gila sanjungan.
Penghormatan yang berlebih-lebihan pada sesama manusia tidak aneh lagi kita
dengar. Penghargaan yang melampaui batas sering dilontarkan manusia yang punya jiwa
penjilat. Memang sanjungan merupakan senjata untuk melemahkan dan
meluluhlantakkan kekerasan hati seseorang. Pujian bisa menghanyutkan kalbu
seorang manusia agar bermurah hati memberikan segala yang diminta. Penghormatan
dan penghargaan yang berlebihan adalah strategi politik yang halus sehingga
membius insan Tuhan yang dimabuk pujaan.
Pujian
dan pujaan yang merupakan hak dan milik Allah telah direbut manusia-manusia
yang melupakan kodrat sebagai makhluk tiada daya. Manusia lupa akan asal
penciptaanya yang hanya dari sesatu yang menjijikkan, yang hina, yang lemah,
yang terbuang, yaitu segumpal darah. Manusia terbuai dan merasa memiliki pujian
itu. Sungguh keterlaluan dan melampaui batas manusia yang gila hormat. Tuhan
yang menciptakannya disejajarkan atau disamakan dengan kedudukannya.
Sesungguhnya
puja dan puji sanjung hanyalah milik Allah. Hanya Dia yang patut kita tempatkan
pada posisi yang sangat terpuji dan terhormat. Dialah pemilik dari semua
penghargaan. Segala puji hanya bagi Allah, bukan bagi yang lain. Tidak ada yang
abadi di dunia ini. Tidak ada yang kekal dan tetap. Segala yang kita raih,
prestasi, kejuaraan, atau kekayaan, semuanya akan kita tinggalkan dikarenakan
usia yang semakin senja, bencana yang menimpanya, atau kematian yang menyelesaikan
perjalanan hidup. Kita akan kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tiada tara, bila demikian adanya.
Ketiga,
Allahu Akbar, hanya Allah yang Maha Besar. Bila kita renungi dan pikirkan asal
kejadian manusia, kejadian alam, bumi langit seisinya yang seolah tiada
berbatas, kejadian makhluk-makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, kita
akan berucap "Allahu Akbar." Engkau Maha Besar, Engkau Maha Agung, ya
Allah.
Kejadian
makhluk yang berasal dari saripati tanah, juga menyimpan rahasia yang luar biasa.
Dari sperma, yang terbentuk karena dikonsumsinya makanan dengan gizi cukup,
setelah bersatu dengan sel telur terjadilah segumpal darah, yang lama-kelamaan
berubah bentuk menjadi janin. Setelah Allah meniupkan ruh, janin itu terlahir
dalam ujud seorang bayi, lantas berkembang hingga menjadi manusia dewasa.
Apakah layak, bila semasa hidup, manusia yang berasal dari zat yang sangat
lemah itu berbangga diri dengan berjuta lagak dan gaya? Sementara dengan satu tiupan saja
nyawanya bisa melayang, kemudian ia menjadi bukan apa-apa lagi? Betapa yang
lebih layak diagungkan adalah sang empunya ide, yakni Allah, yang telah
mengatur siklus itu sedemikian bagusnya?
Demikian
juga kejadian tumbuhan. Dari bentuk biji yang tertanam, tersirami air,
tunas-tunas mulai tumbuh, membelah tanah, mekar menjadi batang dan daun. Batang
semakin besar, daun semakin lebar, bungapun merekah, hingga akhirnya muncul
buah yang segar dan ranum. Betapa indahnya proses itu. Pada saatnyapun batang,
buah, daun, dan seluruh pohon itu akan mati dan kembali menjadi tanah. Luar
biasa.
Kejadian
manusia dan tumbuhan itu patut menjadi perenungan bagi kita. 'Allahu Akbar',
hanya itu yang patut kita ucap atas segala ke-Mahabesar-an dan
ke-Mahakuasaan-Nya. Hanya Dia yang Maha Agung, Maha Perkasa, dan Maha
Segalanya. Hanya Dia yang kita besarkan, bukan pak RT, bukan raja, bukan kepala
bagian, bukan direktur, bukan bintang film, seniman, budayawan, dan bukan pula
penyanyi. Semua itu kecil, semua tidak ada arti, apalagi sampai menandingi-Nya.
Tasbih,
tahmid, dan takbir yang kita ucapkan setiap saat, ditambah dengan
manifestasinya, yaitu dengan berusaha hidup bersih dan suci, tidak tergoda
bujuk rayu iblis, ditambah ucapan syukur atas segala nikmat, adalah resep ampuh
untuk dekat kepada-Nya. Dan bila manusia telah dekat kepada Allah, maka segala
yang bersifat menjauhkan kepada-Nya akan tersingkir dengan sendirinya.
Diambil dari buletin Al-Qalam, terbitan Pesantren Hidayatullah Surabaya
DALIL-DALIL TENTANG KEUTAMAAN BERDZIKIRDiambil dari buletin Al-Qalam, terbitan Pesantren Hidayatullah Surabaya
1.
“Dan sesungguhnya mengingat ALLAH itu paling besar.” (QS al-Ankabut:45)
2.
“Maka ingatlah kepada-KU, pasti AKU akan ingat kepadamu.” (QS al-Baqarah:152)
3.
“Dan ingatlah kepada RABB-mu di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan merasa
takut, dengan tidak meninggikan suaramu.” (QS al-A’raf:205)
4.
“Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kepada ALLAH sebanyak-banyaknya dan
bertasbihlah kepda-NYA pada pagi dan petang hari.” (QS al-Ahzab:41-42)
MAKNA DZIKIR
Dzikir
menurut pemahaman salafus-shalih adalah segala perbuatan yang dapat mendekatakan
diri kepada ALLAH SWT, baik berupa shalat, puasa, zakat, tasbih, tahmid,
takbir, tahlil maupun membicarakan hukum halal-haram, belajar, memberi nasihat,
jual-beli, nikah, hajji, dan sebagainya. Sepanjang semua itu dilakukan dengan
NIAT YANG IKHLAS dan melakukannya SESUAI DENGAN SYARI’AT, maka itu termasuk
dzikir.
1.
Berkata Sa’id bin Jubair ra: Setiap orang yang beramal karena ALLAH adalah
orang yang sedang berdzikir kepada-NYA.
2.
Berkata ‘Atha bin abi Rabah: Majlis dzikir adalah majlis yang membicarakan
halal dan haram, serta bagaimana seharusnya kalian berjual-beli, shalat, puasa,
nikah, thalaq, hajji, dll.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN KETIKA BERDZIKIR
1.
Niat yang Ikhlas, dalil-dalilnya:
a.
Al-Qur’an: QS al-Bayyinah, 98:5; QS al-Hajj 22:37.
b.
As-Sunnah: Hadits Umar ra yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim
(Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya)
c.
Atsar Salafus-Shalih:
01.
Berkata al-Fudhail bin ‘Iyadh: Beramal karena ingin dilihat orang adalah
SYIRIK, meninggalkan amal karena takut dilihat orang adalah RIYA’, adapaun
IKHLAS adalah terjaganya kamu dari kedua hal tersebut.
02.
Berkata al-Harits al-Muhasibi: Orang yang benar ialah tidak peduli pada
penghormatan manusia karena kesucian hatinya. Dan juga tidak suka diketahui
orang kebaikannya walau sebesar biji sawi karena kebaikan amalnya. Dan iapun
tidak benci jika diketahui orang kelemahannya.”
03.
Berkata Abal Qasim al-Qusyairi: Ikhlas ialah mengarahkan ketaatan dengan niat
kepada ALLAH Yg Maha Suci, yaitu menginginkan agar semua ketaatannya menjadi
pendekatan dirinya kepada ALLAH tanpa sedikitpun keinginan-keinginan lain untuk
makhluk, apalagi keinginan dipuji oleh manusia atau suka diketahui amalnya,
atau segala keinginan yang lain daripada niat taqarrub kepada ALLAH SWT.”
04.
Berkata Muhammad bin Sahal at-Tastari: Para
orang yang pandai menafsirkan ikhlas tidak lebih dari ini: Gerak dan diamnya,
baik di tengah kesepian atau keramaian hanya karena ALLAH saja, tiada bercampur
sedikitpun dengan kehendak nafsu, keinginan diri ataupun keinginan duniawiah
lainnya.
05.
Berkata abu Ali ad-Daqqaq: Ikhlas ialah memelihara diri dari ingin diperhatikan
makhluk. Sedangkan Shiddiq ialah mensucikan diri dari memenuhi keinginan nafsu.
06.
Berkata Dzan Nun al-Mishri: Tanda ikhlas itu ada 3: Pertama, jika dipuji dan
dicela orang tidak berpengaruh baginya. Kedua, jika ia beramal tidak riya’.
Ketiga, jika amal yang dilakukan hanya untuk pahala akhirat.
2.
Keutamaan Majlis Dzikir: Berzikir dalam majlis adalah disunnahkan, berdasarkan
hadits-hadits berikut ini:
a.
Nabi SAW bersabda: “Jika kalian melewati kebun-kebun syurga maka nikamtilah
oleh kalian. Para sahabat ra bertanya: Wahai
rasuluLLAH, apakah kebun syurga itu? Jawab nabi SAW: yaitu majelis-majelis
dzikir, karena ALLAH memiliki malaikat-malaikat yang selalu mencari
majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukannya maka mereka akan duduk
bersama-bersama orang yang berdzikir itu.” (HR Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu Umar)
b.
Dalam hadits lainnya: “Rasul SAW keluar dari rumahnya menuju sebuah majlis
tempat berkumpul para sahabatnya, lalu beliau bersabda: Mengapa kalian
duduk-duduk bersama disini? Jawab mereka: Kami disini bertahmid atas hidayah
dan nikmat yang telah diberikan-NYA kepada kami sehingga kami memeluk agama
Islam. Kata nabi SAW: Demi ALLAH, apakah benar kalian duduk disini hanya karena
itu? Aku tidak minta kalian bersumpah tapi Jibril telah datang kepadaku dan
meberitahukan bahwa ALLAH SWT telah membanggakan kalian dihadapan para
malaikat.” (HR Muslim dari Mu’awiyyah)
c.
Dalam hadits yang lain disebutkan: Bersabda nabi SAW: “Tiada suatu kaum yang
duduk-duduk sambil berdzikir pada ALLAH, melainkan para malaikat datang
berkumpul, dan rahmat ALLAH meliputi mereka, dan ketentraman turun kepada
mereka, dan nama-nama mereka disebutkan satu-persatu oleh ALLAH SWT dihadapan
para malaikat yang ada disisi-NYA.” (HR Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu
Hurairah)
3.
Hendaknya dzikir dilakukan dengan hati dan lisan, dan tidak keras-keras tapi
juga tidak terlalu pelan, berdasarkan ayat: “Dan jangan kamu nyaringkan suaramu
ketika shalat dan jangan pula kamu merendahkannya, tetapi hendaklah kamu
lakukan diantara keduanya.” (QS al-Isra, 17:110)
4.
Dzikir bagi orang yang tidak bersuci. Menurut ijma’ ulama boleh saja berdzikir
dengan lisan ataupun hati bagi orang yang tidak bersuci, baik ia sedang junub,
haidh, keluar darah, nifas. Baik ia membaca tasbih, tahmid, tahlil, shalawat,
dll. Adapun jika membaca al-Qur’an maka para ulama berbeda pendapat, menurut
mazhab Syafi’i dibolehkan membaca al-Qur’an bagi wanita haidh dan nifas jika
telah berwudhu’ atau bertayammum (lih. kitab al-Adzkar, hal. 39, Imam Nawawi).
5.
Sikap ketika berdzikir. Hendaknya dengan duduk sopan menghadap kiblat dengan
khusyu’. Tetapi jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa dengan kondisi apa
saja yang memungkinkan karena hal tersebut merupakan afdhal (keutamaan) saja.
Berdasarkan ayat: “Dan orang-orang yang berdzikir kepada ALLAH sambil berdiri,
duduk dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi.” (QS
Ali-Imran, 3:190-191), juga dalam hadits: Dari A’isyah ra berkata ; “RasuluLLAH
SAW bersandar dipangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haidh, dan beliau
membaca al-Qur’an.” (HR Bukhari dan Muslim)
6.
Tempat yang terlarang berdzikir. Seperti ketika buang air, berhubungan
suami-istri, saat mendengarkan khutbah, saat berdiri shalat membaca Fatihah dan
saat mengantuk.
HADITS-HADITS TENTANG
BERBAGAI DZIKIR YANG SHAHIH
1.
Sabda nabi SAW: “Ada
2 kalimat, yang sangat ringan di lidah, sangat berat dalam timbangan amal, dan
sangat dicintai oleh AR-RAHMAN, yaitu SubhanaLLAHi wabihamdiHI subahanaLLAHil
‘azhim[1].”
2.
Sabda nabi SAW: “Barangsiapa mengucapkan La ilaha illaLLAHu wahdaHU la
syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu wa HUWA ‘ala syai’in qadir setiap hari
100 kali, maka bagaikan ia memerdekakan 10 orang budak dan diberikan 100
kebaikan dan dihapuskan 100 keburukannya, dan Syaithan tidak bisa mendekatinya
pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang yang lebih baik darinya
kecuali yang membaca lebih banyak darinya. Juga dikatakan: Barangsiapa yang
mengatakanSubhanaLLAH wa bihamdiHI setiap hari 100 kali, maka dihapuskan
dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan[2].”
3.
Sabda nabi SAW: “Kebersihan itu sebagian dari Iman, mengucapkan alhamduliLLAH
itu memenuhi timbangan kebaikan, mengucapkan subahanaLLAH wal hamduliLLAH itu
memenuhi langit dan bumi[3].”
4.
Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai salam dari shalatnya beliau
SAW membaca istighfar 3 kali, lalu membaca ALLAHumma ANTAS salamu wa minKAs
salamu tabarakTA ya DZAL Jalali wal Ikram[4].”
5.
Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai shalat membaca ; La ilaha
illaLLAH wahdaHU la syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu waHUWA ‘ala kulli
syai’in qadir, ALLAHumma la mani’a lima a’thaiTA
wa mu’thiya lima
mana’TA wala yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu[5].”
6.
Dan sebagainya (bisa dilihat diberbagai kitab hadits shahih)
RABBanaghfirlana
wa israfana fi amrina…
Nabi
umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki
komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam selalu menghubungkan hatinya dengan Alloh ‘Azza wa Jalla.
Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur,
istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun
yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi
yang mensyukuri karunia Alloh ‘Azza wa Jalla dan Rasululloh yang
selalu memuji keagungan-Nya.
Beliau mengenal kebesaran Alloh ‘Azza
wa Jalla, dengan itu beliau senantiasa memuji-Nya, memohon kepada-Nya dan
kembali menuju ampunan-Nya. Beliau mengetahui betapa berharga waktu yang
diberikan, beliau pergunakan sebaik-baiknya dengan selalu mengisi waktu dalam
ketaatan dan ibadah.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berdzikir
kepada Allah setiap waktu.” (HR: Muslim)
Ibnu Abbas radhiallaahu
anhu mengungkapkan: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus
kali: “Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya
Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun.” (HR: Abu Daud)
Abu Hurairah radhiallaahu
anhu menuturkan: “Saya pernah mendengar Rasululloh shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, yang artinya: “Demi Alloh, sesungguhya aku
beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala lebih dari tujuh
puluh kali dalam sehari.” (HR: Al-Bukhari)
Ibnu Umar radhiallaahu
anhu berkata: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan Rasululloh
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus kali: “Ya
Alloh, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima
taubat lagi Maha Pengampun.” (HR: At-Tirmidzi)
Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha mengungkapkan kepada kita sebuah doa yang sering diucapkan
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bila berada di sisinya,
sebagai berikut: “Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku
di atas agama-Mu.” (HR: At-Tirmidzi)
(Sumber Rujukan: Sehari Di
Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul
Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)
Termasuk faktor utama yang
mendatangkan sikap lapang dada dan ketenangan adalah “Banyak dzikir kepada
Alloh
Subhanahu wa Ta’ala.” Dzikir kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala itu memberikan pengaruh ajaib untuk mendapatkan sikap
lapang dada dan ketenangan serta menghilangkan kesedihan dan musibah.
Alloh Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ingat, dengan
dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (QS: Ar-Ra’du: 28)
Dzikir kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala itu akan memberikan pengaruh yang besar dalam menggapai
bahagia. Karena dia mempunyai keistimewaan dan karena adanya harapan hamba
untuk mendapatkan pahala dan balasan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Di antaranya pula adalah: “Ingat
dan membicara-kan nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang
tampak maupun yang tidak tampak.” Dengan mengetahui dan membicarakannya niscaya
Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menolak kesedihan yang
ada dan mendorong hamba untuk selalu bersyukur. Syukur adalah sikap yang sangat
mulia dan berkedudukan terpuji, bahkan walaupun dia berada dalam kondisi fakir,
sakit dan berbagai macam ujian lainnya. Bila seorang hamba ingin membandingkan
antara nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang
banyaknya tidak dapat dihitung dengan jumlah musibah yang menimpa, tentu
musibah itu tiada artinya.
Bahkan, bila ada musibah yang
menimpa hamba lalu dia hadapi dengan kesabaran, rela dan sikap menerima, maka
akan ringanlah bebannya. Sementara, harapannya mendapatkan pahala Alloh Subhanahu
wa Ta’ala dan ibadahnya kepada Alloh dengan menjalankan perintah
bersabar dan rela, akan mengubah sesuatu yang pahit menjadi manis. Manisnya
pahala membuatnya lupa akan pahitnya sikap sabar.
Termasuk faktor yang sangat
mendukung dalam hal ini adalah “Mengikuti petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits shahih.” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Lihatlah
orang yang ada di bawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas
kalian. Sesungguhnya hal ini (lebih baik bagi kalian sehingga kalian tidak
meremehkan nikmat Alloh yang diberikan kepada kalian.” (HR: Bukhari
dan Muslim)
Bila seorang hamba meletakkan di
depan matanya cara pandang yang mulia ini, dia akan melihat bahwa dirinya
mengungguli sebagian besar orang dalam masalah kese-hatan dan rezkinya,
bagaimana pun kondisi dia sebenarnya. Dengan demikian akan hilanglah
kegelisahan, kesedihan dan musibahnya, dan bertambahlah perasaan se-nangnya
serta harapannya untuk mendapatkan juga nik-mat-nikmat Allah yang telah
diberikan kepada orang-orang yang ada di atasnya.
Setiap kali seorang hamba
merenungi nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala baik
yang tampak maupun tidak tampak, urusan agama maupun duniawi, dia akan
mengetahui bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah
memberikan kepadanya banyak kebaikan dan mencegah berbagai bencana. Dan pasti,
hal ini dapat menghilangkan kesedihan dan mendatangkan kebahagiaan serta
kesenangan.
(Sumber Rujukan: MENGGAPAI KEHIDUPAN BAHAGIA, Oleh: SYAIKH
ABDURRAHMAN BIN NASHIR AS-SA’DY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar