Laman

Kamis, 31 Mei 2012

DZIKIR


(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.
:: QS At Taubah: 79

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
:: QS Al Ikhlash: 1-4


Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
:: QS Al-Baqarah: 23-24

Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.
:: QS At Taubah: 64-66

Tahukah Anda...

Dari Abü Hurairah r.a. diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan setiap hari seratus kali, Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai'in qadiir' (Tidak ada tuhan kecuali Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah kerajaan dan bagi-Nyalah segala pujian, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu),' maka dia seperti orang yang memerdekakan sepuluh budak, dituliskan untuknya seratus pahala, dihapuskan darinya seratus dosanya, dan ia merupakan pelindungnya dari setan pada harinya itu sampai sore harinya. Tidak ada seorang pun yang beramal lebih utama darinya, kecuali seseorang yang mengerjakan lebih banyak dari pada amalnya." (HR Al-Bukhãri)



Dari Abü Hurairah r.a. diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa mengucapkan, ‘Subhaanallaahi wa bihamdih' (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya),' seratus kali dalam satu hari, di ampunilah dosa-dosanya, walaupun dosa dosanya itu sebanyak buih di lautan." (HR Al-Bukhäri)
Dari Mush'ab bin Sa'ad, dia berkata,"Ayahku menceritakan kepadaku, dia berkata, Kami pernah berada di dalam majelis Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda, ‘Tidak maukah salah seorang dari kalian setiap harinya mendapatkan seribu pahala?' Maka, ada salah seorang yang hadir saat itu bertanya, ‘Bagaimana salah seorang dari kami dapat mendapatkan seribu pahala (dalam setiap harinya)?' Beliau bersabda, ‘Dia bertasbih seratus kali, maka dituliskan untuknya seribu pahala dan dihapuskan darinya seribu dosa." (HR Muslim)
Bertasbih: menyucikan Allah Swt. dari yang tidak layak bagi-Nya dari setiap kekurangan.
 Yakni, barangsiapa yang mengucapkan,"Subhaanallaah" dan yang semisalnya seratus kali, maka dia mendapatkan seribu pahala dan dihapuskan darinya seribu dosanya. Dan sesungguhnya ini merupakan keagungan, kemurahan dan karunia Allah serta rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia melipatgandakan pahala kepada mereka dan menghapuskan dari mereka dosa-dosa mereka.
Wallahu alam bish shawab.

Allahumma shalli alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad
Kamaa shallaita alaa ibraahiim wa 'alaa aali ibraahim
innaka hamiidummajiid
Allahumma baarik 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad
Kamaa baarakta 'alaa ibraahiim wa 'alaa aali ibraahim
innaka hamiidummajiid

‘Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.' (HR. Bukhari)

Kenapa Harus Berdzikir

Artikel ini menjelaskan beberapa alasan kenapa kita harus berdzikir kepada Allah. Terlebih lagi bahwa dzikir itu merupakan amalan yang mudah dilakukan. Kemudian pada bagian terakhir, dijelaskan bahwa berdzikir itu harus mengikuti aturan yang digariskan oleh Islam. Tidak boleh membuat - buat aturan yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


KENAPA HARUS BERDZIKIR?

Berikut beberapa manfaat bisa kita dapatkan dari berdzikir :

1.Membuat hati menjadi tenang.
Allah berfirman,
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)

Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.

Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.


2.Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)

3.Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.
Allah berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)

4.Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41 – 42)

5.Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.

“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)

Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.



6.Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik, karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).

Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)

7.Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan
 
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :
- Membaca basmillah ketika akan makan / minum
- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi
- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang
- Membaca doa keluar / masuk rumah
- Membaca doa ketika turun hujan
- Membaca dzikir setelah hujan turun
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid
- Membaca hamdalah ketika bersin
- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur
- Membaca doa ketika bangun tidur

Dan lain–lain banyak sekali amalan yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar mandi dalam sehari?

DZIKIR HARUS SESUAI DENGAN ATURAN ISLAM
Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.

Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.

Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.


Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Cetakan I, Desember 2004
3.Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M
Artikel Islami 02 Oktober 2001 - 17:19 Mencari Selamat dengan Dzikir  EraMuslim  
"Siapa yang membaca tiap habis shalat, Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, lalu untuk mencukupkan bilangan seratus membaca 'Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadier' maka akan diampunkan baginya semua dosa-dosanya meskipun sebanyak buih air laut." (HR Muslim)
Dalam mengarungi kehidupan ini kita tidak akan terlepas dari berbuat kesalahan. Memang itulah kodrat sebagai manusia, di mana keinginan ruh yang selalu mengarah ke jalan lurus yang diridhai Allah selalu berhadapan dengan nafsu yang didukung syetan untuk menyesatkan, mendorong dan menjerumuskan manusia ke jalan kemungkaran.
Tarik-menarik kedua kekuatan inilah yang menyebabkan manusia tidak senantiasa hanya berbuat baik, tapi kadang juga memperturutkan hawa nafsu dan kehendak syetan. Dengan kelihaiannya yang mumpuni, syetan sanggup menggelincirkan setiap orang. Mereka sanggup menyeret manusia untuk mendukung, menyokong, dan membela mati-matian program-programnya, yang pada akhirnya tanpa terasa manusia telah bergumul dengan lumpur dosa.
Dosa-dosa manusia itu bisa semakin lama semakin menumpuk dan semakin menenggelamkan ke jurang kenistaan. Dan apabila dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk membersihkannya, ini merupakan suatu malapetaka yang sangat besar, karena jahanam sudah siap untuk melumat tubuh yang penuh noda.
Suatu kebodohan besar bila kehidupan dunia fana ini melalaikan kita dari mengingat Allah. Suatu yang amat sangat disayangkan, bila kehidupan yang sementara ini digunakan hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan semu, tanpa dilengkapi persiapan diri untuk menghadap kepada-Nya. Apakah tidak disadari bahwa semua fasilitas hidup yang kita punyai dan semua yang kita cintai akan kita tinggalkan bila maut merenggut dan nyawa melayang? Suatu kerugian perniagaan akan kita dapati, bila kita hanya sibuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan nafsu. Penyesalan kemudian tiada arti bila jatah hidup telah berakhir.
Langkah dan strategi syetan untuk membawa ummat manusia ke jalan kesesatan memang luar biasa. Sesuatu yang sudah jelas-jelas dosa bisa dijadikan samar-samar. Yang menjijikkan dan hina bisa dibikin enak dan terhormat, hingga timbul slogan 'yang haram menyenangkan, yang halal menyusahkan'. Itulah kerja syetan yang tahu akan kelemahan manusia dan mampu menjadikannya bulan-bulanan sasaran ideologinya. Mereka memang mengajak untuk kufur kepada Allah swt agar sama-sama menjadi penghuni neraka.
Perasaan dendam dan sakit hati Iblis terhadap ummat manusia berawal sejak permulaan Adam diciptakan. Iblis telah menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, karena merasa dirinya lebih lebih baik.
Dengan peristiwa itu Iblis diusir dari surga dan bersiap-siap bersama anak cucunya menjadi penghuni neraka di akhirat nanti. Untuk itulah mereka berusaha keras untuk menghalang-halangi manusia dari jalan lurus. Mereka akan mendatangani manusia untuk menggoda dari muka, belakang, kanan dan kiri, dan segala arah yang mungkin. Syetan juga tidak pernah beristirahat dari upayanya itu, baik siang maupun malam.
Repotnya syetan itu boleh dibilang makhluk tanpa bentuk. Jadi tidak ada jalan lain untuk menghadapi tipu daya syetan kecuali selalu meminta lindungan dan pertolongan Allah swt. Tanpa pertolongan dan lindungan-Nya kita akan babak-belur dibuatnya. Kita akan terseret bujuk rayunya dan mengikuti jejaknya.
Pendekatan diri kepada Allah sangatlah penting untuk menangkal segala macam godaan dan bujuk rayunya. Dengan ibadah yang intensif tanpa meninggalkan apa yang Allah wajibkan, ditambah ibadah-ibadah sunnah dan do'a-do'a yang selalu kita panjatkan agar Allah memberikan pertolongan, perlindungan dan ampunan-Nya, insya-Allah syetan tak akan berkutik mengahadapi kita. Apalagi ditambah dengan dzikir yang tak pernah berhenti, tambah menyingkirkan Iblis dengan para pengikutnya.
Dzikir yang khusyu' dan mantap serta manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari akan membuat diri menjadi tenang dan selalu merasa terawasi oleh Allah Sang Maha Tahu. Di samping itu dzikir bisa membuat Allah swt berkenan mengampuni dosa-dosa, seperti bunyi hadits di atas tadi. Karenanya tentang dzikir itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam.
Pertama, Subhanallah. Kata-kata ini senantiasa kita baca setiap selesai shalat dan dalam kesempatan yang lainnya. Apa dampaknya dalam diri, dan apa reaksi, manifestasinya dalam hidup kita?
Subhanallah yang berarti Maha Suci Engkau Ya Allah ini mengandung makna tiada yang suci, tiada yang agung, tiada yang bersih, selain Dia saja. Kita manusia tidak ada satu pun yang suci bersih dari noda dan lumpur dosa. Kita tidak bisa mengklaim diri sebagai manusia suci. Begitu banyak jalan yang membuat manusia terjerumus lumpur dosa.
Noda-noda itu perlu kita bersihkan sebelum menghadap Allah yang memiliki kesucian. Allah tidak akan memasukkan seorang hamba yang kotor penuh noda ke sisi-Nya. Allah akan membersihkan dulu kotoran itu lewat tempat yang sudah disediakan yaitu jahannam.
Usaha yang kita lakukan agar tidak tergolong orang-orang yang mesti melewati jahanam dulu sebelum diterima Allah disurga adalah berusaha keras membiasakan diri hidup suci dan tidak berhenti meminta ampunan kepada-Nya. Bersikap bersih dan suci itu mencakup segala bentuk pekerjaan yang kita geluti. Di kantor kita berusaha keras untuk tidak tergiur oleh lipatan-lipatan uang yang bukan hak kita, yang bisa menodai kesucian. Di pasar kita usahakan jangan mengurangi timbangan dan mendustai orang dengan barang-barang yang kita jual. Baju atau celana palsu dibilang asli, kualitas rendah dibilang kualitas tinggi. Di sawah para petani jangan membelokkan jatah, bujangan dan perawan jangan terjebak oleh nafsu birahi sesaat tanpa akad nikah terlebih dahulu. Bila hal-hal seperti ini sudah bisa dilakukan, barulah dikatakan bacaan Subhanallah kita pada setiap habis shalat ada manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah. Puji dan sanjung sering kita dengar untuk melambungkan perasaan seseorang yang kebanyakan gila sanjungan. Penghormatan yang berlebih-lebihan pada sesama manusia tidak aneh lagi kita dengar. Penghargaan yang melampaui batas sering dilontarkan manusia yang punya jiwa penjilat. Memang sanjungan merupakan senjata untuk melemahkan dan meluluhlantakkan kekerasan hati seseorang. Pujian bisa menghanyutkan kalbu seorang manusia agar bermurah hati memberikan segala yang diminta. Penghormatan dan penghargaan yang berlebihan adalah strategi politik yang halus sehingga membius insan Tuhan yang dimabuk pujaan.
Pujian dan pujaan yang merupakan hak dan milik Allah telah direbut manusia-manusia yang melupakan kodrat sebagai makhluk tiada daya. Manusia lupa akan asal penciptaanya yang hanya dari sesatu yang menjijikkan, yang hina, yang lemah, yang terbuang, yaitu segumpal darah. Manusia terbuai dan merasa memiliki pujian itu. Sungguh keterlaluan dan melampaui batas manusia yang gila hormat. Tuhan yang menciptakannya disejajarkan atau disamakan dengan kedudukannya.
Sesungguhnya puja dan puji sanjung hanyalah milik Allah. Hanya Dia yang patut kita tempatkan pada posisi yang sangat terpuji dan terhormat. Dialah pemilik dari semua penghargaan. Segala puji hanya bagi Allah, bukan bagi yang lain. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Tidak ada yang kekal dan tetap. Segala yang kita raih, prestasi, kejuaraan, atau kekayaan, semuanya akan kita tinggalkan dikarenakan usia yang semakin senja, bencana yang menimpanya, atau kematian yang menyelesaikan perjalanan hidup. Kita akan kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tiada tara, bila demikian adanya.
Ketiga, Allahu Akbar, hanya Allah yang Maha Besar. Bila kita renungi dan pikirkan asal kejadian manusia, kejadian alam, bumi langit seisinya yang seolah tiada berbatas, kejadian makhluk-makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, kita akan berucap "Allahu Akbar." Engkau Maha Besar, Engkau Maha Agung, ya Allah.
Kejadian makhluk yang berasal dari saripati tanah, juga menyimpan rahasia yang luar biasa. Dari sperma, yang terbentuk karena dikonsumsinya makanan dengan gizi cukup, setelah bersatu dengan sel telur terjadilah segumpal darah, yang lama-kelamaan berubah bentuk menjadi janin. Setelah Allah meniupkan ruh, janin itu terlahir dalam ujud seorang bayi, lantas berkembang hingga menjadi manusia dewasa. Apakah layak, bila semasa hidup, manusia yang berasal dari zat yang sangat lemah itu berbangga diri dengan berjuta lagak dan gaya? Sementara dengan satu tiupan saja nyawanya bisa melayang, kemudian ia menjadi bukan apa-apa lagi? Betapa yang lebih layak diagungkan adalah sang empunya ide, yakni Allah, yang telah mengatur siklus itu sedemikian bagusnya?
Demikian juga kejadian tumbuhan. Dari bentuk biji yang tertanam, tersirami air, tunas-tunas mulai tumbuh, membelah tanah, mekar menjadi batang dan daun. Batang semakin besar, daun semakin lebar, bungapun merekah, hingga akhirnya muncul buah yang segar dan ranum. Betapa indahnya proses itu. Pada saatnyapun batang, buah, daun, dan seluruh pohon itu akan mati dan kembali menjadi tanah. Luar biasa.
Kejadian manusia dan tumbuhan itu patut menjadi perenungan bagi kita. 'Allahu Akbar', hanya itu yang patut kita ucap atas segala ke-Mahabesar-an dan ke-Mahakuasaan-Nya. Hanya Dia yang Maha Agung, Maha Perkasa, dan Maha Segalanya. Hanya Dia yang kita besarkan, bukan pak RT, bukan raja, bukan kepala bagian, bukan direktur, bukan bintang film, seniman, budayawan, dan bukan pula penyanyi. Semua itu kecil, semua tidak ada arti, apalagi sampai menandingi-Nya.
Tasbih, tahmid, dan takbir yang kita ucapkan setiap saat, ditambah dengan manifestasinya, yaitu dengan berusaha hidup bersih dan suci, tidak tergoda bujuk rayu iblis, ditambah ucapan syukur atas segala nikmat, adalah resep ampuh untuk dekat kepada-Nya. Dan bila manusia telah dekat kepada Allah, maka segala yang bersifat menjauhkan kepada-Nya akan tersingkir dengan sendirinya.
Diambil dari buletin Al-Qalam, terbitan Pesantren Hidayatullah Surabaya
DALIL-DALIL TENTANG KEUTAMAAN BERDZIKIR
1. “Dan sesungguhnya mengingat ALLAH itu paling besar.” (QS al-Ankabut:45)
2. “Maka ingatlah kepada-KU, pasti AKU akan ingat kepadamu.” (QS al-Baqarah:152)
3. “Dan ingatlah kepada RABB-mu di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan merasa takut, dengan tidak meninggikan suaramu.” (QS al-A’raf:205)
4. “Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kepada ALLAH sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepda-NYA pada pagi dan petang hari.” (QS al-Ahzab:41-42)
MAKNA DZIKIR
Dzikir menurut pemahaman salafus-shalih adalah segala perbuatan yang dapat mendekatakan diri kepada ALLAH SWT, baik berupa shalat, puasa, zakat, tasbih, tahmid, takbir, tahlil maupun membicarakan hukum halal-haram, belajar, memberi nasihat, jual-beli, nikah, hajji, dan sebagainya. Sepanjang semua itu dilakukan dengan NIAT YANG IKHLAS dan melakukannya SESUAI DENGAN SYARI’AT, maka itu termasuk dzikir.
1. Berkata Sa’id bin Jubair ra: Setiap orang yang beramal karena ALLAH adalah orang yang sedang berdzikir kepada-NYA.
2. Berkata ‘Atha bin abi Rabah: Majlis dzikir adalah majlis yang membicarakan halal dan haram, serta bagaimana seharusnya kalian berjual-beli, shalat, puasa, nikah, thalaq, hajji, dll.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN KETIKA BERDZIKIR
1. Niat yang Ikhlas, dalil-dalilnya:
a. Al-Qur’an: QS al-Bayyinah, 98:5; QS al-Hajj 22:37.
b. As-Sunnah: Hadits Umar ra yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim (Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya)
c. Atsar Salafus-Shalih:
01. Berkata al-Fudhail bin ‘Iyadh: Beramal karena ingin dilihat orang adalah SYIRIK, meninggalkan amal karena takut dilihat orang adalah RIYA’, adapaun IKHLAS adalah terjaganya kamu dari kedua hal tersebut.
02. Berkata al-Harits al-Muhasibi: Orang yang benar ialah tidak peduli pada penghormatan manusia karena kesucian hatinya. Dan juga tidak suka diketahui orang kebaikannya walau sebesar biji sawi karena kebaikan amalnya. Dan iapun tidak benci jika diketahui orang kelemahannya.”
03. Berkata Abal Qasim al-Qusyairi: Ikhlas ialah mengarahkan ketaatan dengan niat kepada ALLAH Yg Maha Suci, yaitu menginginkan agar semua ketaatannya menjadi pendekatan dirinya kepada ALLAH tanpa sedikitpun keinginan-keinginan lain untuk makhluk, apalagi keinginan dipuji oleh manusia atau suka diketahui amalnya, atau segala keinginan yang lain daripada niat taqarrub kepada ALLAH SWT.”
04. Berkata Muhammad bin Sahal at-Tastari: Para orang yang pandai menafsirkan ikhlas tidak lebih dari ini: Gerak dan diamnya, baik di tengah kesepian atau keramaian hanya karena ALLAH saja, tiada bercampur sedikitpun dengan kehendak nafsu, keinginan diri ataupun keinginan duniawiah lainnya.
05. Berkata abu Ali ad-Daqqaq: Ikhlas ialah memelihara diri dari ingin diperhatikan makhluk. Sedangkan Shiddiq ialah mensucikan diri dari memenuhi keinginan nafsu.
06. Berkata Dzan Nun al-Mishri: Tanda ikhlas itu ada 3: Pertama, jika dipuji dan dicela orang tidak berpengaruh baginya. Kedua, jika ia beramal tidak riya’. Ketiga, jika amal yang dilakukan hanya untuk pahala akhirat.
2. Keutamaan Majlis Dzikir: Berzikir dalam majlis adalah disunnahkan, berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
a. Nabi SAW bersabda: “Jika kalian melewati kebun-kebun syurga maka nikamtilah oleh kalian. Para sahabat ra bertanya: Wahai rasuluLLAH, apakah kebun syurga itu? Jawab nabi SAW: yaitu majelis-majelis dzikir, karena ALLAH memiliki malaikat-malaikat yang selalu mencari majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukannya maka mereka akan duduk bersama-bersama orang yang berdzikir itu.” (HR Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu Umar)
b. Dalam hadits lainnya: “Rasul SAW keluar dari rumahnya menuju sebuah majlis tempat berkumpul para sahabatnya, lalu beliau bersabda: Mengapa kalian duduk-duduk bersama disini? Jawab mereka: Kami disini bertahmid atas hidayah dan nikmat yang telah diberikan-NYA kepada kami sehingga kami memeluk agama Islam. Kata nabi SAW: Demi ALLAH, apakah benar kalian duduk disini hanya karena itu? Aku tidak minta kalian bersumpah tapi Jibril telah datang kepadaku dan meberitahukan bahwa ALLAH SWT telah membanggakan kalian dihadapan para malaikat.” (HR Muslim dari Mu’awiyyah)
c. Dalam hadits yang lain disebutkan: Bersabda nabi SAW: “Tiada suatu kaum yang duduk-duduk sambil berdzikir pada ALLAH, melainkan para malaikat datang berkumpul, dan rahmat ALLAH meliputi mereka, dan ketentraman turun kepada mereka, dan nama-nama mereka disebutkan satu-persatu oleh ALLAH SWT dihadapan para malaikat yang ada disisi-NYA.” (HR Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah)
3. Hendaknya dzikir dilakukan dengan hati dan lisan, dan tidak keras-keras tapi juga tidak terlalu pelan, berdasarkan ayat: “Dan jangan kamu nyaringkan suaramu ketika shalat dan jangan pula kamu merendahkannya, tetapi hendaklah kamu lakukan diantara keduanya.” (QS al-Isra, 17:110)
4. Dzikir bagi orang yang tidak bersuci. Menurut ijma’ ulama boleh saja berdzikir dengan lisan ataupun hati bagi orang yang tidak bersuci, baik ia sedang junub, haidh, keluar darah, nifas. Baik ia membaca tasbih, tahmid, tahlil, shalawat, dll. Adapun jika membaca al-Qur’an maka para ulama berbeda pendapat, menurut mazhab Syafi’i dibolehkan membaca al-Qur’an bagi wanita haidh dan nifas jika telah berwudhu’ atau bertayammum (lih. kitab al-Adzkar, hal. 39, Imam Nawawi).
5. Sikap ketika berdzikir. Hendaknya dengan duduk sopan menghadap kiblat dengan khusyu’. Tetapi jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa dengan kondisi apa saja yang memungkinkan karena hal tersebut merupakan afdhal (keutamaan) saja. Berdasarkan ayat: “Dan orang-orang yang berdzikir kepada ALLAH sambil berdiri, duduk dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi.” (QS Ali-Imran, 3:190-191), juga dalam hadits: Dari A’isyah ra berkata ; “RasuluLLAH SAW bersandar dipangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haidh, dan beliau membaca al-Qur’an.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. Tempat yang terlarang berdzikir. Seperti ketika buang air, berhubungan suami-istri, saat mendengarkan khutbah, saat berdiri shalat membaca Fatihah dan saat mengantuk.
HADITS-HADITS TENTANG BERBAGAI DZIKIR YANG SHAHIH
1. Sabda nabi SAW: “Ada 2 kalimat, yang sangat ringan di lidah, sangat berat dalam timbangan amal, dan sangat dicintai oleh AR-RAHMAN, yaitu SubhanaLLAHi wabihamdiHI subahanaLLAHil ‘azhim[1].”
2. Sabda nabi SAW: “Barangsiapa mengucapkan La ilaha illaLLAHu wahdaHU la syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu wa HUWA ‘ala syai’in qadir setiap hari 100 kali, maka bagaikan ia memerdekakan 10 orang budak dan diberikan 100 kebaikan dan dihapuskan 100 keburukannya, dan Syaithan tidak bisa mendekatinya pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang yang lebih baik darinya kecuali yang membaca lebih banyak darinya. Juga dikatakan: Barangsiapa yang mengatakanSubhanaLLAH wa bihamdiHI setiap hari 100 kali, maka dihapuskan dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan[2].”
3. Sabda nabi SAW: “Kebersihan itu sebagian dari Iman, mengucapkan alhamduliLLAH itu memenuhi timbangan kebaikan, mengucapkan subahanaLLAH wal hamduliLLAH itu memenuhi langit dan bumi[3].”
4. Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai salam dari shalatnya beliau SAW membaca istighfar 3 kali, lalu membaca ALLAHumma ANTAS salamu wa minKAs salamu tabarakTA ya DZAL Jalali wal Ikram[4].”
5. Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai shalat membaca ; La ilaha illaLLAH wahdaHU la syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu waHUWA ‘ala kulli syai’in qadir, ALLAHumma la mani’a lima a’thaiTA wa mu’thiya lima mana’TA wala yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu[5].”
6. Dan sebagainya (bisa dilihat diberbagai kitab hadits shahih)
RABBanaghfirlana wa israfana fi amrina…



Nabi umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam selalu menghubungkan hatinya dengan Alloh ‘Azza wa Jalla. Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur, istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi yang mensyukuri karunia Alloh ‘Azza wa Jalla dan Rasululloh yang selalu memuji keagungan-Nya.
Beliau mengenal kebesaran Alloh ‘Azza wa Jalla, dengan itu beliau senantiasa memuji-Nya, memohon kepada-Nya dan kembali menuju ampunan-Nya. Beliau mengetahui betapa berharga waktu yang diberikan, beliau pergunakan sebaik-baiknya dengan selalu mengisi waktu dalam ketaatan dan ibadah.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu.” (HR: Muslim)
Ibnu Abbas radhiallaahu anhu mengungkapkan: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus kali:  “Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun.” (HR: Abu Daud)
Abu Hurairah radhiallaahu anhu menuturkan: “Saya pernah mendengar Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Demi Alloh, sesungguhya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR: Al-Bukhari)
Ibnu Umar radhiallaahu anhu berkata: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus kali: “Ya Alloh, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun.” (HR: At-Tirmidzi)
Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengungkapkan kepada kita sebuah doa yang sering diucapkan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bila berada di sisinya, sebagai berikut: “Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR: At-Tirmidzi)
(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Termasuk faktor utama yang mendatangkan sikap lapang dada dan ketenangan adalah “Banyak dzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.” Dzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu memberikan pengaruh ajaib untuk mendapatkan sikap lapang dada dan ketenangan serta menghilangkan kesedihan dan musibah.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (QS: Ar-Ra’du: 28)
Dzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu akan memberikan pengaruh yang besar dalam menggapai bahagia. Karena dia mempunyai keistimewaan dan karena adanya harapan hamba untuk mendapatkan pahala dan balasan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Di antaranya pula adalah: “Ingat dan membicara-kan nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang tampak maupun yang tidak tampak.” Dengan mengetahui dan membicarakannya niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menolak kesedihan yang ada dan mendorong hamba untuk selalu bersyukur. Syukur adalah sikap yang sangat mulia dan berkedudukan terpuji, bahkan walaupun dia berada dalam kondisi fakir, sakit dan berbagai macam ujian lainnya. Bila seorang hamba ingin membandingkan antara nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang banyaknya tidak dapat dihitung dengan jumlah musibah yang menimpa, tentu musibah itu tiada artinya.
Bahkan, bila ada musibah yang menimpa hamba lalu dia hadapi dengan kesabaran, rela dan sikap menerima, maka akan ringanlah bebannya. Sementara, harapannya mendapatkan pahala Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan ibadahnya kepada Alloh dengan menjalankan perintah bersabar dan rela, akan mengubah sesuatu yang pahit menjadi manis. Manisnya pahala membuatnya lupa akan pahitnya sikap sabar.
Termasuk faktor yang sangat mendukung dalam hal ini adalah “Mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits shahih.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Lihatlah orang yang ada di bawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian. Sesungguhnya hal ini (lebih baik bagi kalian sehingga kalian tidak meremehkan nikmat Alloh yang diberikan kepada kalian.” (HR: Bukhari dan Muslim)
Bila seorang hamba meletakkan di depan matanya cara pandang yang mulia ini, dia akan melihat bahwa dirinya mengungguli sebagian besar orang dalam masalah kese-hatan dan rezkinya, bagaimana pun kondisi dia sebenarnya. Dengan demikian akan hilanglah kegelisahan, kesedihan dan musibahnya, dan bertambahlah perasaan se-nangnya serta harapannya untuk mendapatkan juga nik-mat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada orang-orang yang ada di atasnya.
Setiap kali seorang hamba merenungi nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala baik yang tampak maupun tidak tampak, urusan agama maupun duniawi, dia akan mengetahui bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kepadanya banyak kebaikan dan mencegah berbagai bencana. Dan pasti, hal ini dapat menghilangkan kesedihan dan mendatangkan kebahagiaan serta kesenangan.
(Sumber Rujukan: MENGGAPAI KEHIDUPAN BAHAGIA, Oleh: SYAIKH ABDURRAHMAN BIN NASHIR AS-SA’DY)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar