99 Jalan Masuk Surga Langkah & Menuju Kesempurnaan Iman”
Dari Milist
Tetangga semoga bermanfaat
01. Bersyukur
apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila
karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila
karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan
mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang.
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang.
Amiin
“Sebarkanlah walau
satu ayat pun” (Sabda Rasulullah SAW) “Niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (Surah Al-Ahzab:71)
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (Surah Al-Ahzab:71)
1001 jalan menuju Surga
Tulisan ini tanpa ada
dalil-dalil yang lengkap, hanya sepengetahuan penulis. Mohon maaf atas
'kelancangan' ini. Silahkan melengkapinya jika dibutuhkan dan mohon diluruskan
bila salah*
Beberapa waktu lalu, saya menanyakan kepada 'seorang kakak', kenapa belum
mau menikah segera? Kakak tersebut menjawab bahwa dia sedang meningkatkan
sebuah amalan ibadah sehingga bisa 'lebih layak' menuju gerbang nikah, lebih
tepatnya lebih siap untuk mendidik anaknya kelak. Menurutnya, bahwa mendidik
anak untuk melakukan 'amalan' tersebut maka sebagai ibunya harus memberi
teladan terlebih dahulu.
Menarik, apa yang disampaikan si kakak untuk meningkatkan 'amalan'
tersebut. Seratus persen saya sepakat, sebagai muslim untuk selalu meningkatkan
ketakwaaan (ibadah) kita, setidaknya menjaga dalam tahap yang baik. Dan tentang
keteladanan kepada anak, ini juga tidak ada keraguan.
Yang 'sedikit mengusik', menurutnya berdasar sebuah dalil, bahwa sebaik-baik
orang adalah orang yang mempelajari 'amalan' tersebut dan mengajarkannya. Dan itu pun sebenarnya memang benar.
Namun, diskusi saya buka denga pertanyaan, bukankah dalam risalah Nabi Muhammad
SAW sendiri, seringkali beliau mengatakan hal-hal yang menjadi amalan paling
baik?
Misalnya, ketika
seorang sabahat datang kepada Rasul dan menanyakan Islam itu apa, maka dijawab
islam adalah akhlak. Artinya, Islam itu sebagain besar adalah tentang akhlak, berhubungan dengan
orang lain. Risalah lain menceritakan bahwa seorang sahabat bisa masuk surga
'hanya' dengan memaafkan semua kesalahan sahabat-sahabatnya yang ditimpakan
kepadanya hari tersebut, setiap malam menjelanng tidur.
Kemudian, seorang anak muda datang dan menanyakan tentang siapa yang harus
ditaati antara ayah dan ibu, dan Rasul pun menjawab Ibu sampai tiga kali, baru
kemudian ayah. Dan dalam kisah lain, Umar bin Khattab pernah mendengar bahwa
akan ada seorang penghuni sorga yang datang kepadanya dari sebuah daerah yang
dia hanya keluar dari daerah tersebut setelah ibunya meninggal, karena saking
berbaktinya dengan merawat ibunya. Dikisahkan, Umar bahkan mencium tangan
sahabat yang akhirnya beliau 'temui' di masa pemerintahannya.
Ada lagi, tentang 7 golongan yang masuk surga adalah pemimpin yang adil, pemuda yang sholeh, orang yang terikat pada masjid, orang yang bertemu dan berpisah karena Alllah SWT dan seorang pemuda yang 'digoda' wanita di tempat sepi dan mengatakan bahwa dia takut pada Allah, orang sedekah yang tangan kiri tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanan, dan memohon ampun sampai bercucuran air mata.
Ada lagi, tentang 7 golongan yang masuk surga adalah pemimpin yang adil, pemuda yang sholeh, orang yang terikat pada masjid, orang yang bertemu dan berpisah karena Alllah SWT dan seorang pemuda yang 'digoda' wanita di tempat sepi dan mengatakan bahwa dia takut pada Allah, orang sedekah yang tangan kiri tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanan, dan memohon ampun sampai bercucuran air mata.
Dan yang pasti, sebuah hadis yang terkenal bahwa manusia yang paling
berhasil adalah yang mempunyai sebesar-besarnya manfaat bagi orang lain.
Sederhananya, manusia jenis ini pun saya yakin masuk surga. Karena azab itu
diturunkan pertama kepada orang shaleh pribadi yang mebiarkan masyarakatnya
rusak.
Kita mungkin masih ingat, serita seorang pelacur yang ahli surga karena memberi minum pada seekor anjing. Orang yang sudah membunuh 100 orang dan ahli surga karena jarak yang lebih dekat ke 'kota taubat'. Atau karena membebaskan sebuah burung, Umar juga disebutkan Ali ahli surga.
Jadi moral dari semuanya, bahwa pintu masuk surga itu banyak. Dan tentunya, masih banyak lagi kisah atau cerita-cerita dimana Rasulullah mengatakan bahwa tindakan tersebut sebaik-baik amalan, calon penghuni surga, yang diampuni dosanya terdahulu dan lain sebagainya.
Kita mungkin masih ingat, serita seorang pelacur yang ahli surga karena memberi minum pada seekor anjing. Orang yang sudah membunuh 100 orang dan ahli surga karena jarak yang lebih dekat ke 'kota taubat'. Atau karena membebaskan sebuah burung, Umar juga disebutkan Ali ahli surga.
Jadi moral dari semuanya, bahwa pintu masuk surga itu banyak. Dan tentunya, masih banyak lagi kisah atau cerita-cerita dimana Rasulullah mengatakan bahwa tindakan tersebut sebaik-baik amalan, calon penghuni surga, yang diampuni dosanya terdahulu dan lain sebagainya.
Belum tentu yang
'paling alim' masuk surga duluan. Ingat cerita di puntu surga antara orang mati
syahid, ulama dan dermawan. Malaikat menawarkan siapa yang berhak masuk surga
duluan kepada syahid, tapi dia menolak karena keberangkatan berjuang di jalan
Allah atas ajaran guru, maka ulama lah yang lebih berhak. Kemudian ulama pun
menolak, karena kelapangannya mengajar ilmu, termasuk kepada si syahid karena
tersedianya sarana atas sedekah si dermawan. Akhirnya, dermawan-lah yang masuk
lebih dahulu,
Pun sebenarnya, masuk surga-nya seorang muslim bukan karena
amalan-amalan-nya. Tapi karena rahmat Allah SWT. Ingat cerita tentang seorang
ulama yang dia sebenarnya sangat banyak amalan dan masuk surga karena izin
Allah, tapi sang ulama tidak mau masuk surga jika bukan karena
amalan-amalannya. Maka jadilah, semua amalan ditimbang hanya dengan rezeki
sebutir bola mata ulama dan masih jauh lebih berat bola mata tersebut.
Karena islam itu mudah maka mudahkanlah, demikian salah satu hadis berkata.
Tapi ini bukan berarti sebagai muslim, bertindak seenaknya. Bermain-main dengan
agama. Satu yang paling fundamen adalah tentang keimanan, tentang tauhid. Islam
jelas-jelas menganggap bahwa syirik (menyekutukan Allah) itu sebagai dosa yang
sangat besar. Secara sederhana, tauhid itulah yang menjadi dasar bagi seseorang
menjadi muslim yang baik.
Tauhid (perihal ke-Esa-an kepada Allah), mudah diucapkan tapi sangat sulit
dilakukan secara sepenuhnya. Seharusnya, semua hidup muslim tunduk pada aturan
Alllah. Semua peri kehidupan, dari bangun tidur hingga urusan negara. Dan ini
memang sangat-sangat sulit. Tentang
urusan bunga bank saja kita masih belum sepenuhnya. Namun yang paling
mendasar adalah menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya puncak tertinggi
cinta, penghambaan dan tempat bergantung. Bukan jabatan, harta, istri, apalagi
dukun!
Beberapa cara menjadi muslim terbaik dan menggapai surga diatas menurut
saya adalah cerminan bahwa Islam itu menghargai potensi dan kemampuan umatnya.
Bagi muslim yang menjadi pemimpin, maka jadilah menjadi pemimpin yang adil
untuk mengetuk pintu surga. Bagi si kaya, maka dermawanlah sebanyak-banyaklah.
Dan bagi seorang yang mampu melakukan 'amalan' yang diidamkan si kakak, maka
jadilah orang yang menjadi guru bagi umat islam.
Tindakan menunggulkan satu amalan daripada yang lain tentu bukan hal yang bijaksana. Surga bukan hanya untuk orang yang setiap hari bisa shalat tahajud (malam), bukan pula hanya untuk yang bisa puasa sunah rutin, atau untuk yang hafal Al-Qur'an. Surga juga buat 'muslim biasa' yang punya kebersihan hati dalam beribadah, buat para suami yang peduli terhadap keluarganya, buat pengamen, buat profesional dan lain-lainya.
Tindakan menunggulkan satu amalan daripada yang lain tentu bukan hal yang bijaksana. Surga bukan hanya untuk orang yang setiap hari bisa shalat tahajud (malam), bukan pula hanya untuk yang bisa puasa sunah rutin, atau untuk yang hafal Al-Qur'an. Surga juga buat 'muslim biasa' yang punya kebersihan hati dalam beribadah, buat para suami yang peduli terhadap keluarganya, buat pengamen, buat profesional dan lain-lainya.
Dalam hal ini, paradigmanya tentang masuk surga ending, bukan
langsung karena banyaknya dosa yang dilakukan (hampir) tiap muslim sehingga
harus 'mampir’ di neraka. Urusan pun berpindah ke sebentar atau lamanya di
neraka yang berbeda tiap muslim (dan semua muslim pasti inginnya tidak ’mampir’
ke neraka), baru kemudian ke surga. Dan semua yang masuk surga, atas dasar
rahmat (kasih sayang) Allah SWT, bukan amalan kita.
Berkaitan dengan lama tidaknya di neraka dan potensi yang bisa berbeda tiap
muslim, maka hendaknya setiap muslim haruslah mempunyai sebuah amalan yang
menjadi ’andalan’nya. Jika sebuah tim, ada selalu yang manjadi andalan, atau
menjadi bintangnya.
Demikianlah, sebuah kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua yang ber-
tawasul (menjadikan sarana dalam ibadah) dengan sebuah amalan terbaik
masing-masing untuk membuka batu besar penghalang gua. Seorang ayah tetap
menjaga jatah susu untuk kedua orang tuanya yang tertidur, sekalipun anaknya
sendiri merengek minta susu tersebut. Seorang yang tidak jadi mengambil ’tubuh’
sepupu perempuannya yang cantik sebagai ganti bayar hutang. Seorang majikan
yang buruhnya ’lupa’ mengambil jatah upah, lalu kembali dan diberikan banyak
gembalaan sapi sebagai pemutaran uang atas upah yang tertinggal itu.
Jadi, jika kita bisa menjawab apa pekerjaan impian anda, atau yang lainnya, maka seharusnya mungkin kita juga bisa membayangkan jika nanti ditanya, ”apa amalan yang paling kau andalkan untuk mendapat kasih sayang-KU?”. Dan itu bukan besar kecilnya, tapi konsistensi (istiqomah) serta pastinya ikhlas dan sesuai petunjuk Nabi.
Jadi, jika kita bisa menjawab apa pekerjaan impian anda, atau yang lainnya, maka seharusnya mungkin kita juga bisa membayangkan jika nanti ditanya, ”apa amalan yang paling kau andalkan untuk mendapat kasih sayang-KU?”. Dan itu bukan besar kecilnya, tapi konsistensi (istiqomah) serta pastinya ikhlas dan sesuai petunjuk Nabi.
Jadi, ada lebih dari 1001 jalan menuju surga...
Wallahu’alam
bi shawab
Dan hanya
Allah yang Maha Mengetahui
Seribu Jalan Menuju Surga
Kita tentu pernah mendengar kisah seorang pelacur yang masuk surga
gara-gara memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan. Kita juga pernah
mendengar kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang akhirnya masuk
surga karena tobat. Tambahan lagi kisah seseorang yang tertarik pada agama
Islam dan mengutarakannya kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian setelah diberi
wejangan Kanjeng Rasul, dia langsung terjun ke medan jihad dan menemui syahid.
Spontan.
Ada
juga jalan lain menuju surga. Bilal masuk surga karena kedawaman
(kesinambungan)-nya dalam mengerjakan sholat sunnah setiap kali selesai wudhu.
Ada
juga yang amalan hariannya biasa-biasa saja, bahkan sampai seorang sahabat yang
ingin tahu rahasianya sehingga dia disebut Rasulullah SAW dengan sebutan ahli
surga (padahal masih hidup) sampai menginap selama tiga hari di rumahnya agar
mengetahui rahasianya hampir putus asa. Dia tidak menemukan amalan unggulan
sang ahli surga itu, sehingga sang ahli surga mengatakan bahwa dia setiap
sebelum tidur dia memaafkan saudara-saudaranya dan tidak mendengki kepada orang
lain.
Begitu banyak jalan menuju surga. Akan tetapi, manusia tidak akan
bisa menempuh semua jalan itu. Yang diperlukan cukup satu jalan saja, entah
lewat jalan yang mana. Jika kita kuat berpuasa, maka di situ ada jalan menuju
surga. Jika kita kuat bangun malam, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita
punya banyak harta, di situ ada jalan masuk surga. Jika kita mempunyai ilmu, di
situ ada jalan menuju surga. Jika kita mempunyai orang tua, di situ ada jalan
menuju surga. Dan masih banyak lagi jalan menuju surga yang lain.
Kita perlu mengenali potensi kita di mana. Jika kita memang kuat
berlapar-lapar ria, mungkin jalan kita ke surga melalui puasa. Jika kita kuat
begadang malam-malam, maka bangun malam bisa jadi sarana menuju surga. Begitu
juga, jika kita miskin papa, maka jangan menempuh jalan menuju surga dengan
sarana harta kita.
Jika diibaratkan dengan mata pelajaran sekolah, maka kita cukup
mengejar satu mata pelajaran yang paling berpotensi mendapatkan nilai raport
tertinggi. Di situlah kita curahkan segenap kemampuan kita agar mendapatkan
nilai raport yang maksimal, nilai 10 (sepuluh).
Bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Cukup mendapatkan angka 6
(enam). Arti angka enam ini adalah kita melaksanakan perintah Allah yang
wajib-wajib saja, atau tidak berbuat maksiyat yang menjadikan nilai raport kita
menjadi merah. Memang lebih bagus lebih tinggi daripada nilai enam. Tetapi,
yang perlu ditekankan di sini kita menspesialisasikan diri kita pada amalan
unggulan kita sampai kita mendapatkan nilai tertinggi.
Perlu diingat bahwa seseorang masuk surga itu bukan karena amalnya,
akan tetapi karena rahmat Allah SWT. Rasulullah pun masuk surga karena rahmat
Allah. Wallahu a’lam.
Benarkah
Orang yang Baik belum tentu masuk Surga ?
|
JALAN MENUJU SURGA
Abdullah bin Ubaid bin Umair menyatakan bahwa Abu Dzar RA pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasalam . Ia adalah shahabat Beliau yang paling banyak bertanya. Katanya : "Maukah engkau memberitahukan kepadaku amalan yang membawaku masuk Surga ?"
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam menjawab : "Hendaknya engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan dengan sesuatu apapun." Abu Dzar bertanya : "Hal itu tentu ada tindak lanjutnya ?"
Beliau Shallallahu'alaihi Wasalam menjawab : "Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat." Abu Dzar bertanaya lagi : "Kalau tidak punya harta untuk dizakati ?". Beliau Shallallahu'alaihi Wasalam menjawab : "Lakukanlah amar ma'ruf nahi mungkar." Abu Dzar berkata : "Tetapi untuk itupun terlalu lemah ?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasalam bersabda : "Masih ingin berbuat baik
Juga ? Tahan dirimu untuk berbuat jahat terhadap manusia." (dikeluarkan oleh Hannad dalam Az-Zuhd no. 1061. Syaikh Abdurrahman Al Faryuwa'I menyatakan : "Sanadnya shahih, apabila Abdullah bin Umair mendengarnya dari Abu Dzar RA. Karena saya tidak mendapatkannya dalam kutubur Rijal bahwa ia meriwayatkannya dari abu Dzar RA. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Mawarid no. 863. dengan sanadnya sendiri dari Abu Katsir As Suhaimi, dari ayahnya, dari Abu Dzar RA secara marfu'. Hadits ini memiliki penguat yang diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Musa. Lihat Az-Zuhd II : 515)
Sungguh sebuah majelis yang sangat diberkahi Allah, manakala di dalamnya terdapat orang-orang yang senantiasa mengingatkan satu dengan yang lainnya kepada tempat kembalinya-akhirat-yang kekal. Begitulah memang sepatutnya sesama saudara semuslim untuk selalu bersama-sama saling mendorong dan mengingatkan untuk senantiasa berbuat bagi kehidupan setelah kematiannya.
Metode itu pula yang sering dipakai oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam dalam memberikan bimbingan kepada umatnya terutama para shahabatnya tentang Dien yang agung ini. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam sendiri telah memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa bertanya kepada orang yang tahu apabila memang ia tidak mengetahui.
Dari hadits di atas terdapat beberapa pelajaran/hikmah bagi kita yang dengannya dapat menyelamatkan kita dari adzab Neraka, yakni :
1. Menunjukkan kepada kita tentang keutamaan para Shahabat. Bagaimana gigihnya mereka dalam menggali segala sesuatu yang dapat mengantarkan mereka kepada kebaikan yang kekal, mengantarkan pada Jannah yang abadi. Mereka
tidak pernah bosan menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam
mengenai amalan apa yang dapat menjadi jalan baginya menuju JannahNya, dan terdapat pula shahabat yang menanyakan tentang kejahatan dan bencana seperti Hudzaifah bin Yaman karena khawatir melakukannya. Masing-masing dari shahabat tersebut memeliki keutamaan dan kebaikan.
2. Terdapat penjelasan tentang kewajiban mentauhidkan Allah baik berkenaan dengan RububiyahNya dalam segala aktifitas peribadahan yang kita lakukan serta berkenaan dengan Asma' dan SifatNya. Dijelaskan bahwa Ibadah sebagai manifestasi dari tauhid Rububiyyah merupakan konsekuensi dari keyakinan kita terhadap keberadaan Allah, yang meliputi segala yang dicintai dan diridhai Allah baik ucapan maupun perbuatan, secara lahiriyah maupun batiniah
(sesuai yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyah). Sedangkan Syirik yakni meletakkan peribadahan bukan pada tempatnya dengan membuat sekutu-sekutu bagi Allah. Hal tersebut merupakan kedhaliman terbesar, yang menyeret pelakukan ke dalam Jahannam dan kekal di dalamnya.
3. Di dalam hadits tersebut tampak bagaimana keutamaan Shalat dan Zakat sebagai amalan yang ditempatkan setelah pentauhidan Allah. Banyak sekali Ayat-ayat yang menjelaskan keutamaan kedua amalan tersebut dikarenakan penyebutannya yang senantiasa mengiringi pentauhidan terhadap Allah. Sehingga meninggalkan kedua amalan tersebut merupakan penyebab terbesar yang dapat menyeret seseorang batal keislamanya alias terjerumus ke dalam
kekafiran yang mengekalkan dirinya dalam neraka.
4. Terdapat wasiat dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam tentang amar ma'ruf nahi munkar. Di dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasannya amalan tersebut merupakan sebab umat ini menjadi yang terbaik dikarenakan dengan amalan tersebut umat ini mampu menghadapi berbagai pukulan serta segala konspirasi yang dihantamkan para musuh Allah sepanjang masa. Dengan meninggalkan amalan ini akan terbuka berbagai maksiat sehingga laknat Allah
akan menimpa umat, seperti halnya Allah melaknat Bani Israil dalam firmannya
: "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lesan Daud dan Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al Maidah : 78-79)
5. Dijelaskan pula di dalam hadits tersebut kaidah dasar mengenai amarma'ruf nahi munkar. Bagaimana sikap seorang muslim dalam mensikapi lingkungan yang penuh dengan kemaksiatan, sehingga dia tidak terjebak dalam arus kemaksiatan tersebut. Salah satunya dengan menghindari perbuatan jahat kepada orang lain yakni dengan meninggalkan tempat-tempat maksiat dan
permainan haram serta tempat meragukan. Di samping itu juga berlepas diri dari kebiasaan orang banyak berupa bid'ah dan kesesatan yang itu semua dapat menyeret kepada kezaliman terbesar, diantaranya bid'ah penyembahan kubur, bergantung kepada orang-orang yang dianggap wali, bid'ah-bid'ah di masjid, bid'ah dalam bulan-bulan dan peringatan-peringatan tertentu, bid'ah dalam shalat jama'ah dan jum'at, bid'ah dalam dzikir dan doa, bid'ah pernikahan
dan walimah, bid'ah peringatan ulang tahun, perta-pesta dan lainnya.
Paradigma keren tapi berbahaya
Tidak mudah mengurai permasalahan dunia pendidikan. Khususnya ditinjau dari tujuan pembentukan kepribadian dari anak didik. Permasalahan ini muncul dan semakin komplek justru sejalan dengan semakin tingginya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan iptek yang menyediakan kemudahan dan memunculkan beragamnya pilihan menyembunyikan sisi kelam dalam ikut membentuk karakter siswa didik.
Kecepatan dan kemudahan yang ditawarkan teknologi menghasilkan perubahan yang cepat di segala bidang tidak kemudian memuluskan jalan untuk membentuk kepribadian unggul siswa. Meski ilmu pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan produktifitas menjadi semakin mudah diajarkan berkat perangkat yang semakin canggih, namun karakter anak yang terbentuk justru semakin buruk. Manja, ceroboh, tidak konsisten, rapuh dan sulit bertahan dari gempuran masalah mejadi karakter dasar sebagian besar siswa jaman sekarang.
Akar permasalahan
Berkembangnya teknologi informasi melahirkan media yang mengglobal.
Sayangnya media cenderung menyajikan gambaran dengan penyerderhanaan yang menipu. Mudah, enak dan segera. Industri yang menyokong media dengan dana iklan hanya membutuhkan produknya laku. Untuk itu isi media harus mengikuti selera pasar.
Pembaca dan pemirsa sudah diposisikan menjadi penikmat sehinga sajian ringan dan menghibur model infotaiment lebih ditonjolkan. Kalau perlu pemirsa tidak usah berfikir. Acara diprogram semakin heboh, semakin gila-gilaan agar semakin menarik dan meningkatkan rating. Dan rating tinggi itu menghasilkan slot iklan yang mahal. Sifat konsumtif, maunya enak dan dunia glamor menjadi sajian wajib hampir seluruh stasiun TV saat ini. Sifat primitif mengumbar nafsu manusia dieksploitasi. Sajian kekerasan, erotisme, mistik, hura-hura atau lawak gila-gilaan dan berbagai perilaku rendahan menjadi lazim ditampilkan.
Sifat masif dari media seperti TV memberikan dampak yang tidak terkira bagi institusi pendidikan. Nilai-nilai luhur yang ditanamkan di kelas seringkali bersebrangan dengan nilai-nilai yang tersaji di TV yang setiap hari mereka tonton. Lihatlah dampak yang terjadi pada sebagian besar prilaku generasi muda. Para remaja yang maunya serba instan. Ingin kaya tapi berprilaku boros dan sama sekali tidak produktif. Banyak kemauan tapi miskin usaha. Maunya lulus dengan nilai tinggi tapi malas belajar. Pingin masuk surga tapi jalan maksiat yang ditempuh. Jargon muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga menjadi absurd dan sangat naif. Mirip dengan kebanyakan film atau sinetron di TV, meskipun menyajikan konflik yang mencekam tapi pasti berlalu dengan hapy ending. Seringkali hanya dalam durasi kurang dari 2 jam segala permasalahan selesai dihadapan pemirsa.
Mumpung masih muda, kita gunakan untuk bersenang-senang. Tak kalau sudah tua barulah bertobat. Ini angapan yang sungguh naif. Tidaklah demikian kenyataannya. Allah maha adil untuk tidak begitu saja memberikan segala yang dimaui anak Adam kecuali dengan usaha dan pengorbanan yang tidak kecil.
Betapa banyak orang gagal bertaubat karena terlanjur abis kesempatan baginya. Seperti kisah Firaun yang bertaubat saat nyawa sudah ditengorokan. Taubat seperti ini adalah taubat terpaksa yg tak mungkin diterima. Atau bertaubatnya Suharto setelah lengser. Tentu saja taubat ini sia-sia karena tidak mengasilkan apa-apa bagi jutaan orang lain yg telah jadi korban rezimnya. Kesempatan tidak datang begitu saja. Ia harus diperjuangkan. Sabda Rasulullah yang didendangkan dengan apik oleh Raihan: Ingatlah lima sebelum datangnya lima! Sempatmu sebelum sempitmu, mudamu sebelum tuamu, kayamu sebelum miskinmu, sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.
Betapa banyak orang gagal berhenti dari kebiasaan buruk meski menurutnya telah berusaha keras. Gagal menghilangkan kebiasaan merokok. Gagal meghilangkan kebiasaan dugem. Ini karena sifat dosa yang menjebak sehingga tidak mampu keluar daripadanya. Sedikit demi sedikit semakin terperosok dalam jebakan setan. Dari merokok terjerumus narkoba. Dari dugem terjerumus pergaulan bebas. Seperti pepatah: kebohongan pertama akan melahirkan kebohongan selanjutnya untuk menutupinya. Kemaksiatan yang dinikmati akan melahirkan kemaksiatan berikutnya.
Karena hati manusia ibarat kaca. Jika ia berbuat dosa sekecil apapun maka akan timbul noda. Jika diulang-ulang maka semakin banyak noda yang akhirnya membuat gelap hati. Gelap hati akan mustahil mendapatkan hidayah. Sedangkan mereka yang bersungguh-sungguh mencari hidayah saja belum tentu mendapatkannya. Betapa banyak ujian berat yang mesti dihadapi untuk membuktikan keimanan seseorang. Dan tidak sedikit manusia gagal menghadapinya.
Sekolah yg terjepit
Perjalanan menuju kesuksesan nyatanya harus ditempuh dengan susah payah dan penuh pengorbaan. Butuh keahlian, waktu lama dan kesabaran yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita. Untuk itu dibutuhkan karakter unggul yang mencetaknya tidak mudah. Pendidikan yang hanya mencekoki siswa dengan informasi lewat pengajaran di kelas tidak akan membentuk kepribadian ini. Sekolah yang hanya mengajarkan tips-tips cepat mengerjakan soal sering terjebak justru menanamkan karakter meremehkan segala sesuatu pada siswa-siswanya. Etos belajar dan berprestasi menjadi rendah. Akhirnya nilai siswa yang jeblok terpaksa didonkrak agar bisa lulus dengan nilai tinggi. Mau bagaimana lagi. Jika banyak siswanya tidak lulus tentu sekolah akan diragukan dan dianggap bermutu rendah.
Sekolah yang berusaha menanamkan nilai nilai kejujuran, keuletan dan kerja keras menjadi terasing. Guru menjadi tampak reseh, tidak gaul dan kuno dihadapan siswa. Bahkan tidak sedikit institusi pendidikan terhanyut oleh arus deras modal yang sangat kosumtif. Tidak terkecuali sekolah-sekolah berlabel Islam. Siswa dimanjakan dengan fasilitas kemudahan yang berujung pembiayaan yang tinggi. Siswa yang disekolahkan model seperti ini akan menagih guru seolah saya telah membayar mahal maka layani saya seperti yang saya mau. Standar pendidikan dinilai dari seberapa enak layanan diberikan pada siswa.
Jalan panjang pembentukan karakter
Untuk membentuk karakter seseorang maka diperlukan waktu lama dan kesabaran. Bagaikan mengukir di atas batu, kadang dibutuhkan pemaksaan diri. Pemaksaan diri yang berbuah kebiasaan baik harus dipupuk sejak belia. Masa remaja adalah kesempatan emas yang jangan sampai disia-siakan. Seperti pepatah pohon kecil yang bengkok bisa diluruskan, tetapi pohon besar hanya bisa ditumbangkan dengan kapak. Sayangnya keadaan yang memaksa ini tidak bisa terus dipertahankan dalam jangka lama. Pemaksaan diri harus diimbangi dengan penanaman pemahaman tentang maksud dan tujuan dari pemaksaan tersebut. Kegagalan lembaga pendidikan menjelaskan pemaksaan diri ini bisa berakibat siswa memberontak atau putus asa.
Lembaga pendidikan harus terus menciptakan suasana belajar untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan siswa-siswanya. Kemampuan yang harus menjadi prioritas adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah riel di lapangan. Kemampuan ini harus terus diasah untuk menjadi bekal menghadapi permasalahan lebih besar nanti saat terjun di masyarakat. Tanpa potensi yang terasah mumpuni maka seseorang akan mudah tergelincir untuk menyerah dan mengambil jalan salah. Potensi yang diasah meliputi pengetahuan, pemahaman maupun kemampuan untuk berealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan. Tentu bukan hanya dalam tataran teori yang ditandai dengan lancarnya siswa menjawab soal multiple choice yang disodorkan di meja ujian.
Lembaga pendidikan harus menyediakan sistem Islami yang berlapis-lapis dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk saling beramar makruf nahi mungkar. Ibarat pertahanan yang berlapis maka jika suatu saat jebol maka lapis berikutnya masih bertahan. Untuk itu maka kebutuhan untuk membina jamaah menjadi sangat penting. Jamaah yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain. Tidak hanya kurikulum pendidikan di kelas, tetapi sistem organisasi, sistem sosial, nilai-nilai yang ditanamkan dan prilaku yang ditunjukkan semua lapisan harus sejalan dengan ajaran Islam. Guru di kelas harus jadi guru di masyarakat. Artinya seorang guru harus menjadi guru kehidupan bagi siswa-siswanya.
Dan
orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah.
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
agung.” (Qs At-Taubah : 100)
Berikut ini 10
orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar
Siddiq ra.
Beliau
adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar
juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian
beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat
ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari
dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu
dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama
kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya
dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur
63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.
2. Umar Bin
Khatab ra.
Beliau
adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang
sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam,
Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak
ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai
Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan
perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya,
Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan
Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau
meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu
Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid
Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin
Affan ra.
Khalifah
ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan
wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian
disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga
menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau
meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan
di Baqi’.
4. Ali Bin Abi
Thalib ra.
Merupakan
khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal
keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil
dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya.
Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak
sekarang.
5. Thalhah Bin
Abdullah ra.
Masuk
Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan
selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan
Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus
jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa
pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi
Waqqas
Mengikuti
Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh
lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang
Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan
di Baqi’.
8. Sa’id Bin Zaid
Sudah
Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau
bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai
gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.
9. Abdurrahman
Bin Auf
Memeluk
Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan
bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur
72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.
10. Abu
Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk
Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode
kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada
tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang
sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.
Yang pertama, mereka
disebutkan dalam surat at-taubah:10, dalam
tafsirnya mencakup 10 orang ini, dan diperkuat oleh sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam berbagai kesempatan. Tidak
langsung menyebutkan ke 10 - 10 nya, salah satunya cerita tentang Abdurrahman bin
‘Auf ini :
Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram, terlihat debu tebal
yang mengepul ke udara, datang dari tempatketinggian di pinggir kota; debu itu semakin
tinggi bergumpal-gumpai hingga hampir menutup ufuk pandangan mata. Anginyang bertiup
menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak,
terbawa menghampiri pintu-pintu kota,
dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan rayanya.
Orang banyak
menyangkanya ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian
dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi
tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang.
Tidak lama kemudian,
sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya.
Orang banyak saling memanggil dan menghimbau menyaksikan keramaian ini serta
turut bergembira dan bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang dibawa
kafilah itu ……
Ummul Mu’minin Aisyah
Radhiyallahu ‘Anha demi mendengar suara hiruk pikuk itu ia bertanya: “Apakah
yang telah terjadi di kota
Madinah�..?” Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin ‘Auf barn datang
dari Svam membawa barang-barang dagangannya . .. Kata Ummul Mu’minin lagi: —
“Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?” “Benar, ya Ummal Mu’
minin … karena ada 700 kendaraan…… !” Ummul Mu’minin menggeleng-gelengkan
kepalanya, sembari melayangkan pandangnya jauh menembus, seolah-olah hendak
mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat atau ucapan yang pernah didengarnya.
Kemudian katanya: “Ingat, aku pernah mendengar Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wa Salam bersabda:
Kemudian katanya: “Ingat, aku pernah mendengar Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wa Salam bersabda:
“Kulihat Abdurrahman
bin’Auf masuk surga dengan perlahan-lahan!”
Abdurrahman bin ‘Auf
masuk surga dengan perlahan-lahan… ? Kenapa ia tidak memasukinya dengan
melompat atau berlari kencang bersama angkatan pertama para shahabat Rasul.. ?
Sebagian shahabat menyampaikan ceritera Aisyah kepadanya, maka ia pun teringat
pernah mendengar Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wa Salam Hadits ini lebih dari satu
kali dan dengan susunan kata yangberbeda-beda.
Di Pintu Sorga
tiba-tiba terjadi kegaduhan. Tetapi tidak lama kemudian berhenti karena salah
seorang laki-laki berteriak dengan keras.
“Wahai Tuhanku,” kata
laki-laki itu sambil berdiri. “Terus terang kami protes. Kami telah mendapat
ketidakadilan. Sudah lama kami menunggu disini, tetapi tidak segera ada
panggilan untuk kami masuk sorga.”
Semua orang yang ada
di situ menatap laki-laki itu.
“Benar, wahai Tuhanku,
kami juga merasakan ketidakadilan!” tiba-tiba suara dari arah belakang
mengiyakan laki-laki itu.
“Benar, Tuhanku!”
suara lain juga terdengar.
Laki-laki itu
membalikan tubuhnya dari semula menghadap ke arah Pintu Sorga lalu menghadap ke
arah suara-suara yang mengiyakan perkataanya.Tidak lama kemudian, laki-laki itu
membalikan tubuhnya lagi menghadap ke arah Pintu Sorga.
“Dengarkan wahai
Tuhanku!” kata laki-laki itu sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. “Bila
kami tidak segera dipanggil untuk masuk sorga, terpaksa kami menggunakan cara
kami untuk memasukinya. Kami akan melakukan itu karena kamilah sebenarnya yang
paling berhak untuk masuk sorga. Bukan mereka-mereka, orang-orang yang kotor
itu, yang bajunya robek-robek, dan bau sampah.”
Sambil berkata
demikian, laki-laki itu menujuk ke arah banyak orang yang yang sudah masuk di
Pintu Sorga. Mereka sedang duduk-duduk di kursi empuk, tidak kepanasan karena
full AC, sambil makan buah-buahan yang tersedia di meja terbuat dari emas.
Mereka terlihat dengan jelas dari luar, karena tembok sorga terbuat dari kaca.
Mereka sedang menunggu giliran untuk dijemput dengan pesawat terbang keliling
sorga menuju tempat penginapannya masing-masing.
Semua orang yang sudah
memasuki pintu sorga dan duduk-duduk di ruang penjemputan itu tidak terusik
dengan suara laki-laki itu. Mereka tidak mempedulikan teriakan-teriakan itu.
Mungkin karena tidak bisa melihat luar, serta tidak mendengar apapun suara yang
ada di luar, sekeras aapun. Kondisi itu semakin membuat marah laki-laki yang
berteriak itu. Apalagi suasana di luar sangat panas, karena hanya bentangan
pasir tanpa ada pohon apapun. Bahkan pula, tanpa air dan makanan. Serta sinar
matahari begitu dekat dengan ubun-ubun mereka.
“Wahai Tuhanku,”
teriak laki-laki itu lagi. “Apakah Engkau telah mengkhianat janjimu? Kami
datang kesini dengan baju taqwa kami yang bersih dan suci. Kami juga membawa
sajadah, serta bau badan kami sangat wangi. Apakah Engkau tidak bisa melihat
bahwa semua ini adalah simbol bahwa kami dulu, ketika masih di bumi, rajin
pergi ke masjid menunaikan salat berjamaah, berzikir sangat lama. Kami juga
rajin berpuasa, bahkan kami selalu menjalankan puasa sunat selain puasa wajib.
Kami juga telah membayar zakat, serta kami telah menunaikan ibadah haji,
berkali-kali. Apakah engkau tidak mencatatnya wahai Tuhanku?”
“Seharusnya Tuhanku,”
kata laki-laki itu kembali setelah beberapa saat diam. “Seharusnya kamilah yang
paling pantas dan berhak untuk masuk sorga. Tetapi, kenyataanya tidak. Bukannya
kami yang masuk sorga duluan, tetapi malah mereka, orang-orang itu yang masuk
duluan.” Laki-laki itu mengangkat tangannya, menunjuk ke arah orang-orang yang
ada dalam kawasan sorga, yang bertembok kaca.
“Apakah engkau tidak
tahu atau tidak punya catatan wahai Tuhanku? Mereka, orang-orang itu, dulu,
ketika di bumi bukanlah orang yang rajin sembahyang, mereka juga tidak pernah
datang ke masjid, mereka tidak berpuasa, mereka tidak mebayar zakat. Mereka
memang ada yang membayar zakat fitrah, tetapi tidak mencapai ukuran yang telah
engkau tentukan. Serta, mereka sama sekali tidak ada yang menunaikan ibadah haji.
Seharusnya mereka tidak masuk sorga, tetapi mengapa Engkau memasukannya?
Mengapa kami, yang jelas-jelas hambamu yang taat menunaikan semua perintahmu,
tidak segera dipanggil masuk sorga?”
“Benar, Tuhan ternyata
telah mengkhianat janjinya. Kalau tahu begini, dulu, saya tidak akan
repot-repot datang ke masjid, apalagi salat, apalagi puasa, dan haji.
Melelahkan, dan membuang-buang waktu saja!” suara lain berteriak lantang.
Suara lainnya pun
bermunculan, suara-suara kecewa. “Tuhan telah mengkhianati janjinya,” itulah
kalimat yang sering muncul dari banyak bibir orang itu. Orang-orang yang makin
kepanasan karena matahari terasa begitu dekat dengan kepala mereka. Orang-orang
yang membawa sajadah, menjadikan sajadah itu sebagai payung untuk menutupi
kepalanya. Tetapi itu tidak mengurangi rasa panas teriknya sinar matahari.
Andai ada pohon besar dan rindang daunnya, sudah pasti mereka berebut berteduh
dibawahnya. Andai pula ada air mengalir, sudah pasti mereka berebut meminumnya.
“Benarkah Tuhan telah
mengkhianati janjinya?” Seorang perempuan berbaju compang-camping dan bau
bertanya kepada perempuan yang berdiri di sampingnya. Perempuan itu berbaju
indah, berjilbab, membawa buntalan berisi mukena dan sajadah, serta di
tangannya menggelantung tasbih. Bau perempuan ini begitu harumnya, yang membuat
banyak lelaki disitu sering menatapnya karena hidungnya sering menghirup baunya
yang wangi.
“Saya sudah disini
lama. Kalau tidak mengkhianati janjinya, mestinya saya sudah dipanggil. Tapi
saya belum juga dipanggil,” jawab perempuan berjilbab itu.
“Tuhan pernah berjanji
apa sih? Saya kok tidak pernah mendengarnya, dulu?” tanya perempuan berbaju
compang-camping dan berbau itu.
“Bagaimana kamu akan
tahu. Kamu dulu saja tidak pernah ke masjid. Tidak pernah sembahyang, tidak
puasa, tidak zakat dan tidak haji. Kerjaanmu hanya di kolong jembatan, berbaur
dengan sampah. Menghadap kepada Tuhan saja kamu berbaju sangat tidak sopan.
Bajumu sudah pada robek, dan bau apek sekali. Pantas saja kamu tidak tahu janji
Tuhan itu,” kata perempuan berjilbab itu.
“Ooooo,” bengong
perempuan berbaji robek-robek itu. Bengong tanda tidak mengerti. Karena, di
tempat itu, yang dia tahu hanya ikut banyak orang yang berbondong-bondong ke
tempat itu, untuk menungu giliran masuk sorga.
“Orang-orang sepertimu
tidak layak masuk sorga,” kata perempuan berjilbab itu sinis kepada perempuan
berbaju robek-robek itu.
Percakapan berhenti
karena kemudian perempuan berjilbab itu menjauh dari perempuan berbaju
robek-robek itu sambil menutup hidungnya dengan ujung jilbabnya. Perempuan
berbaju robek-robek itu bengong, tidak mengeti apa yang dimaksud oleh perempuan
berjilbab.
Yang terlintas di
pikiran perempuan berbaju robek-rbek itu, dulu, ketika di bumi adalah bagaimana
bisa makan setiap harinya. Bagaimana bisa menghidupi biaya sekolah
anak-anaknya. Rumah tidak punya, karena semua uang yang diperolehnya hanya
untuk memenuhi kebutuhan makan dan sekolah anak-anaknya. Itupun, anaknya hanya
sampai kelas 5 SD, dan tidak tamat karena semakin mahal biayanya. Hidupnya pun
serng dikejar-kejar oleh petugas keamanan karena sering sebagai tertuduh
sebagai pengganggu lingkungan.
Perempuan berbaju
robek itu lalu memalingkan wajahnya, melihat satu persatu wajah orag-orag yang
protes. Betapa kagetnya perempuan berbaju robek itu, karena ternyata paham
dengan wajah-wajah orang itu. Ada
ustad Jafar, ada ustad Zubro, ada pak Uzar, dan sebagainya. Perempuan berjilbab
yang tadi bercakap-cakap dengan dirinya juga dikenalnya. Dia adalah istri ustad
Jafar.
Memahami wajah
orang-orang itu, perempuan berbaju robek itu jadi teringat hal lain ketika di
bumi. Mereka dulu pernah mengadakan acara besar karena kampungnya mndapatkan
penghargaan dari pemerntah. Berupa penghargaan sebagai kampung yang bersih,
tidak ada polusi, indah dan sehat. Tidak hanya itu, kampung itu juga kemudian
mendapatkan julukan sebagai kampung Muslim. “Ini berkat warga kampung rajin
beribadah, sehingga dampaknya adalah kebersihan lingkungan,” kata kepala desa,
ketika berpidato menerima piagam penghargaan itu.
Semua itu terlintas
begitu jelas di pikiran prempuan berbaju robek itu setelah paham wajah-wajah
orang yang protes. Terlintas pula dalam pikiranya, bahwa ketika tim penilai
dari pemerintah datang ke kampung itu, mereka, yang punya wajah-wajah itu, yang
semuanya rrajin sembahyang, meminta kepada perempuan itu untuk sementara
menyingkir dari kampungnya.
“Kenapa?” tanya
perempuan berbaju robek itu,
“Tidak perlu kami
jelaskan. Kamu hanya ingin mendapatkan penghargaan,” jawab salah seorang dari
mereka.
Perempuan itu baru
sadar, bahwa mereka menyuruh pergi dirinya, dan teman serta saudaranya untuk
pergi dari kampung itu, walau untuk sementara, adalah demi kemenangan dalam
perlombaan kbersihan kampung. Dirinya, dan teman-emannya, dianggap sebagai
orang-orang yang mengotori kampung. Karena tidak hanya bajunya yang
robek-robek, dan tinggal di kolong jembatan yang berada di sebelah selatan
kampung. Tetapi juga karena perempuan itu, dan teman-temanya, tidak ada yang
pernah datang ke masjid.
“Sumilah!” tiba-tiba
pengeras suara berbunyi memanggil nama perempuan berbaju robek tu. “Silahkan
masuk. Suami dan anak-anakmu sudah menunggu di dalam.”
Perempuan itu kaget
dengan suara yang memanggil namanya. Bukan karena kaget dirinya diminta masuk
ke Pintu Sorga, tetapi karena suara itu mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya
sudah menunggu di dalam. Kaget bercampur senang, karena sejak pagi, dirinya
kebingungan mencari suami dan anaknya. Bukan kebingungan bila dirinya tidak
masuk sorga.
Perempuan berjilbab
yang tadi berdiri di sampingnya juga kaget.
“Ha…Sumilah masuk
duluan, bukan aku?” kata perempuan itu, agak keras sehinga orang-orang di
sekitarnya juga mendengarnya. “Hai Tuhan, mengapa Engkau memasukkan Sumilah,
sedang aku tidak?” Keras suara perempuan itu.
“Maaf bu nyai, saya
duluan ya. Saya sudah kangen sama suami dan anak-anak,” kata perempuan itu,
sambil menundukkan badan, dan menjulurkan tangan bersalaman dengan perempuan
berjilbab itu.
Perempuan berjilbab
itu tidak menerma uluran tangan perempuan berbaju robek itu. Karena tidak mau
bersalaman, akhirnya perempuan berbaju robek itu memalingkan badan, dan
berjalan menuju ke arah Pintu Sorga.
“Benar namamu
Sumilah?” tanya petugas yang ada di pintu sorga.
“Benar,” jawab
Sumilah.
“Apa buktinya?” tanya
petgas lagi.
“Saya tidak punya KTP
pak.”
“Kenapa tidak punya
KTP?
“Saya tidak punya
tanah, rumah saya hanya di kolong jembatan. Pak lurah tidak mau membuatkan
KTP,” jawab perempuan itu.
“Mengapa bajumu
robek-robek?”
“Saya tidak punya uang
untuk membeli baju. Semua uang yang saya peroleh dari kerja mengumpukkan ampah
hanya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak saya, itupun hanya sampai kelas
5 SD.”
“Ya Sudah, sana masuk. Tuh lihat,
anakmu sudah menunggu.”
Perempuan itu melihat
ke lorong Pintu Sorga. Terlihat seorang bocah tersenyum melambaikan tangan
meminta perempuan itu mendekat. Perempuan itu mendekat, dan kemudian memeluk
anaknya.
Semua orang yang
berada di luar ndlohom (bengong) melihat kejadian itu. Mereka semua
tidak percaya, Sumilah, yang mereka sebut sebagai tukang pengumpul sampah,
bahkan juga sebagai ampah itu sendiri, yang hidupnya hanya di kolong jembatan,
tidak sembahyang, tidak puasa, tidak membayar zakat, dan tidak naik haji, bisa
masuk sorga. Sementara mereka, yang begitu taat menjalan rukun Islam, harus
berlama-lama berpanas-panasan menunggu giliran yang entah sampai kapan mendapat
panggilan.
“Tuhan telah
mengkhianati janjinya,” kata salah seorang dari mereka kembali.
“Sepertinya ada
kesalahan administratif. Kita langsung saja minta melihat catatan yang dibuat
oleh malaikat. Jangan-jangan ada kesalahan, sehingga kita harus lama menungu
disini.”
“Tidak bisa,” kata
penjaga pintu sorga ketika mereka meminta buku catatan.
“Apakah kami harus
memaksa?” tanta
salah seorang dari mereka.
“Silahkan kalau mau
memaksa, tetapi bapak da ibu-ibu tidak bisa merebut buku catatan ini.”
Entah dari arah mana,
tiba-tiba salah seorang dari mereka merebut buku itu dari tangan penjaga pintu
sorga. Setelah itu, mereka bersama-sama membaca satu persatu nama-nama mereka.
Betapa kagetnya, karena ternyata, menurut catatan buku itu, mereka semua sudah
seharusnya masuk surga begitu sampai di tempat itu. Mereka mestinya masuk sorga
lebih dulu daripada mereka, orang-orang dengan baju robek-robek itu.
“Tetapi, mengapa kita
tidak sejak awal? Jelas ini bukan kesalahan Tuhan, tetapi ini sentimen dan
pejaga pintu sorga. Ayo kita masuk saja,” kata laki-laki yang sejak awal
berteriak-teriak. Laki-laki itu kemudian mengajak semua untuk mendekat Pintu
Sorga, dan masuk ke dalamnya.
Tetapi, sebuah
kejadian tanpa mereka sadari. Pintu Sorga sudah tertutup. Penjaga pintu sedang
mengunci pintu itu dari dalam.
“Pintu Ini Akan Dibuka
1000 Tahun lagi,” kata sebuah tulisan yang terpampang di Pintu sebelah luar.
Terlihat didalam,
orang-orang dengan pakaian robek-robek, masih menunggu pesawat yang belum juga
datang. Sementara yang diluar, terasa begitu panas terik matahari menyengat
tubuh mereka. Tidak ada air, dan mereka kehausan.
Dan, seribu tahun
kemudian, baju-baju mereka telah menjadi sangat sobek-sobek ketika mereka
mendapat giliran masuk Pintu Sorga. Dengan senang hati, dan setelah menyadari
kekeliruannya, mereka masuk Pintu Sorga.
Mereka berebut masuk
bisa menikmati AC setelah lama kepanasan, serta bisa makan buah-buahan sorga
yang sudah mereka tunggu selama 1000 tahun. Tapi sayang, di tempat menunggu
pesawat, ternyata AC sudah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar